Thursday, June 23, 2011

PESONA DRAMA ASIA VERSUS FILM NEGERIKU

Beberapa bulan terakhir aku teracuni pesona drama Asia alias dorama (sebutan untuk drama Jepang) oleh teman-temanku. Jenis film yang dulu aku benci dan aku hindari, namun kini menjadi film favorit. Film yang pernah aku anggap “sampah” dan cengeng, ternyata jauh dari bayanganku dan kini menjadi film yang layak aku acungkan kedua jempol (kecuali film yang bergenre romansa.. >_< bukan tipeku!!)

Terlepas dari adegan yang terkadang tidak seronok dan bertentangan dengan ajaran Islam, banyak sekali kutemukan nilai-nilai positif di dalamnya. Banyak sekali kata-kata hikmah maupun perilaku positif yang patut ditiru, jauh berbeda dengan sinetron Indonesia yang isinya hanya air mata, kesengsaraan, hingga roman picisan yang tak berisi layaknya tong kosong. Di sini aku ingin sedikit berbagi, bagaimana dorama mampu merebut hatiku dan pantas kita acungi jempol, berikut beberapa pandanganku :

- Ceritanya sederhana namun berbobot

Inti cerita dari suatu dorama biasanya hanya satu dengan satu permasalahan utama, sehingga makna ceritanya dapat ditangkap dengan baik. Jauh berbeda dengan cerita bertele-tele ala sinetron Indonesia yang hanya sekedar cari rating. Jika sinetron Indonesia berjumlah puluhan hingga ratusan episode, dorama umumnya hanya sepuluh hingga belasan episode saja.

- Ketegaran sang tokoh

Dalam cerita dorama, tak sedikit tokoh yang dirundung permasalahan berat seperti layaknya cerita sinetron. Namun perbedaannya, sang sutradara mampu menghadirkan tokoh (baik utama maupun pembantu) yang tetap tegar walau dianiayai, memiliki ketegaran hati dan tetap tersenyum menghadapi masalah seberat apapun, serta memiliki kemauan yang kuat (struggle) dalam mencapai impian walau harus terjatuh berkali-kali. Tokoh-tokoh dalam cerita dorama umumnya jauh dari tokoh cengeng yang pamer air mata.

- Banyak sekali kata-kata indah dan keteladanan yang mengandung nasehat

Aku menyukai kata-kata indah, kata-kata mutiara sebagai penyemangat diri. Dan kata-kata itu banyak sekali aku temukan di dalam dorama. Percakapan-percakapan nasehat banyak sekali dilontarkan antara orang tua dengan anak, guru dengan murid, antar teman, antara tokoh baik dan tokoh jahat, dan lain-lain.

Kata-kata penuh hikmah, semangat, dan cinta begitu lugas dilontarkan, begitu dalam dan tulus, sehingga dalam cerita tersebut tak sedikit mereka yang dinasehati tergerak hatinya untuk menjadi orang yang baik. Bahkan tokoh sejahat apapun digambarkan masih punya hati nurani sehingga mungkin untuk luluh oleh nasehat maupun oleh kebaikan seseorang.

Dalam tulisan ini aku sama sekali tidak bermaksud menjelek-jelekkan film lokal Indonesia dan mengagung-agungkan produk tetangga. Aku hanya ingin berbagi dan mengajak kita semua membuka mata, melihat contoh positif dari negeri tetangga untuk kemudian diambil sebagai panutan yang baik. Siapa sih yang tidak bangga jika film Indonesia kelak berkualitas?

Seharusnya kita malu, Indonesia yang notabene memiliki penduduk Muslim terbesar di dunia, masa iya miskin dengan film-film yang bernilai positif dan hikmah? Nilai-nilai positif tidak harus melulu ditunjukkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan ceramah. Keindahan Islam dapat ditunjukkan pula dengan kemuliaan akhlaq, kelembutan lisan, ketegaran hati, kemauan yang keras, dan lain-lain. Islam itu menyeluruh dan mencakup semua aspek.

Penyampaian dakwah Islamiyah melalui film bisa menjadi alternatif yang menarik dan mudah diterima oleh masyarakat. Penanaman nilai-nilai Islam dalam setiap adegan dan keteladanan tokoh-tokohnya, jika dilakukan terus-menerus dan berkelanjutan dipastikan akan mempengaruhi pola berpikir dan pola perilaku masyarakat. Memang tidak mudah, perlu waktu cukup lama dan konsistensi untuk berdakwah melalui dunia perfilman. Namun memang inilah jalan yang harus ditempuh, panjang dan berliku, butuh keistiqomahan, dan tak semudah membalikkan telapak tangan.

Ah, aku bermimpi kelak suatu saat nanti aku menjadi penulis naskah drama yang merebut hati jutaan pemirsa Indonesia dan mampu menyiramkan nilai-nilai keislaman agar tertanam kokoh dalam akhlaq manusia Indonesia. Demi mewujudkan masyarakat Indonesia yang beradab, berbudi luhur, berdisiplin tinggi, peka sosial, dan berkarakter. Semoga.. Aamiin..

Juni 2011

Wednesday, June 15, 2011

Doing Things We Don't Like

The most lovely thing to do is doing activities we like and enjoy most. But people say that people should sometimes do things that they do not enjoy doing. I completely agree with that opinion.

There are some conditions when people should do things that they don't like. There are situations where people must force themselves into doing something boring. That's why people couldn't be selfish by only doing things that they like.

As an example, studying is an activity that some people hate. But I'm sure that all of us know that it is a very important activity we must do. Studying has great advantages for our life. The other example is eating healthy foods. Some people assume that most healthy foods always taste bad like rubbish. The same reason as studying, eating healthy foods gives us good effects even though we don't like the taste.

There are a lot of activities we don't like that we must try to enjoy. However, the key is in our mind. Try to keep our mind positive, try to enjoy all good activities. Try to do something not by judging whether we like or dislike, but by considering their advantages. Someday, little by little, we will enjoy something we used to hate.

May 2011
a writing task for my IBT class

Eating at Home is Better Than Eating at a Restaurant

Food is an important need for our body, it can produce energy to support our body to do our daily activities. There are some kinds of people who like to enjoy their meal by preparing and eating it at home, while others prefer to eat at food stands or restaurants.

In my opinios, there are about three reasons why people like eating food at restaurants. First, people who are busy and haven't enough time at home or to prepare the meal themselves, so they haven't any choice except buying foods outside.

The second reason is habit or lifestyle. Some people prefer to eat at food stands or restaurants to show their prestige. Restaurant's foods are usually more expensive than cooking at home. So, people will consider them as highclass.

Most teenagers like spending their time outside. They also take their meals outside while hanging out. Teens love to enjoy their meals at the same time as they chat and laugh together with their gangs.

There are various reasons why people eat at restaurants, but from my point of view, the best way to have our meals is by preparing and eating at home. Not only is it cheaper, eating at home is much healthier and safer. Why so? By cooking food on our own, we can control the quality : the cleanliness and also the content of the food. That's why eating at home is much better than eating at restaurant.


May 2011
a writing task for my IBT class

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh...

(Puji syukur kehadirat Allah yang masih memberikan nikmat iman dan Islam pada diri ini..)

Selamat datang di blogku yang mungkin hanya berisi secuil pemikiran dan ungkapan isi hati...

Sungguh, kebenaran datangnya hanya dari Allah. Adapun kesalahan datangnya murni dari diri ini. Untuk itu mohon masukan, kritik, dan sarannya serta mohon dimaafkan atas segala kesalahan. Terima kasih. Selamat menikmati. Semoga bermanfaat dan membawa berkah. Amin

(Mulakanlah dengan membaca Basmalah.... dan akhirilah dengan Hamdalah..)