Friday, January 9, 2015

Cahaya di Pagi Itu


Wajah putih itu menyembul dari balik selimut kumal berwarna biru langit. Mata sayunya yang sipit khas orang Jepang mengerjap-ngerjap. Seperti biasa, wajah lusuh itu akrab menyapa, mengucap selamat pagi. Sudah berhari-hari kulihatnya tidur di ruangan ini dan baru terbangun saat aku datang membuka ruangan. Berat ia angkat tubuh jangkungnya dari sofa yang entah sudah berapa tahun lamanya teronggrok di sudut ruangan berukuran 8x16 meter ini. Dengan langkah terseret ia berjalan menuju tengah ruangan, ke arah meja besar dengan kertas, karton, gunting, dan juga lem yang terserak di atasnya. Hanya dalam hitungan detik, wajahnya seakan mengeras. Tanpa peduli dengan rambut hitam cepaknya yang masih acak-acakan, ia pun kembali tenggelam dalam pekerjaan yang menyita hidupnya seminggu ini. Ah, lihatlah wajah itu bercahaya...

Tiba-tiba aku teringat akan sebuah kisah tentang Baginda Nabi saw. Pernah suatu ketika Rasulullah saw mencium tangan Sa'ad bin Muadz demi melihat kedua tangan sahabatnya itu kasar karena bekerja keras. "Inilah dua tangan yang dicintai Allah." Ya, dua tangan yang digunakan untuk menjemput rezeki lebih Allah cintai daripada tangan yang halus karena hanya berpangku tangan.

Di kota kecil tempatku menuntut ilmu ini, tak sedikit dari mereka yang harus membanting tulang untuk biaya sekolah, memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan demi menafkahi keluarga. Mereka yang terpaksa membagi waktu dan tenaga untuk bekerja sembari menempuh studi. Kegigihan yang selalu membuatku kagum. Bukan kagum, lebih tepatnya iri. Bagaimana mereka bisa bertahan? Coba bandingkan dengan diri ini. Datang untuk menuntut ilmu di Toyohashi, kota kecil di sebuah negeri yang makmur bernama Jepang, tanpa kendala yang berarti. Dengan beasiswa yang cukup, tak perlulah aku pusing soal finansial. Kerja sampingan? Ah, buat apa? Tak ada yang perlu dipusingkan selain studi. Tapi, bagaimana dengan keseriusanku? Sudahkah bekerja keras seperti yang seharusnya? Main-main... jalan-jalan... kuliner... itu saja kan kerjaanku? Tak malukah pada mereka?

Lihatlah mereka yang selalu bekerja keras. Gigih dan pantang menyerah. Tak mengenal keluh dan kesah. Tidakkah kau lihat cahaya pada wajah mereka? Ya, cahaya yang senantiasa memancarkan kehangatan. Cahaya yang akan terus menerangi hidup mereka.

Jadi?

NB: Kepada orang-orang yang bekerja keras, terima kasih atas semangat dan inspirasinya! Terus dan teruslah bekerja... dan tetaplah bercahaya!

Toyohashi, Jumat 9 Januari 2015


Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh...

(Puji syukur kehadirat Allah yang masih memberikan nikmat iman dan Islam pada diri ini..)

Selamat datang di blogku yang mungkin hanya berisi secuil pemikiran dan ungkapan isi hati...

Sungguh, kebenaran datangnya hanya dari Allah. Adapun kesalahan datangnya murni dari diri ini. Untuk itu mohon masukan, kritik, dan sarannya serta mohon dimaafkan atas segala kesalahan. Terima kasih. Selamat menikmati. Semoga bermanfaat dan membawa berkah. Amin

(Mulakanlah dengan membaca Basmalah.... dan akhirilah dengan Hamdalah..)