Wednesday, September 21, 2011

Menjawil Sedikit Dunia IT


Beberapa waktu ini, aku yang notabene gaptek dan cuek soal dunia IT beserta teman-temannya, terpaksa mempelajari topik ini. Mau tidak mau, karena suatu hal aku memaksakan diri menyelaminya lebih jauh. Tidak dalam-dalam juga sih, hanya mempelajari permukaannya saja. Menjawil sedikit dunia ke-IT-an. Lumayanlah biar nggak gaptek-gaptek amat.. J


Beruntung alhamdulillah, aku mempunyai kenalan cukup banyak yang ahli beginian. IT maniak, IT master, atau apalah. Alhasil mereka-mereka menjadi korban serangan pertanyaanku yang bertubi-tubi. Tanya inilah tanya itulah. Akhirnya dengan usaha kerasku (lebay juga sih..), aku berhasil memaksa menjejalkan sedikit pengetahuan dasar IT ke dalam otakku.


Sudah susah-susah nanya sana sini, sayang kalau dalam hitungan hari pengetahuan baru yang kudapatkan itu kemudian lenyap tak bersisa dari otak. (Maklum beginilah nasib orang dengan short term memory). Maka kuputuskan untuk mendokumentasikan pengetahuan baruku tentang IT ke dalam tulisan ini. Yah, biar besok-besok kalau aku lupa bisa membaca tulisan ini, daripada mesti nanya lagi? Repot kan.. Selain itu, harapannya sih tulisan ini bisa berguna juga buat orang-orang gaptek seperti aku. Well, this is what I’ve gathered. Check it out, gan!



---



Membedakan apa itu RAM, apa itu VGA, apa itu prosesor, apa itu harddisk.. sepertinya merupakan sesuatu yang vital (sotoy dink). Vital dalam artian misalnya kita mau membeli PC. Maka besarnya RAM, VGA, prosesor, maupun harddisknya ya disesuaikan sama kebutuhan kita. Kalau salah beli kan repot. Kekecilan sayang, kebesaran juga sayang. Iya nggak sih? Nah maka aku pun bertanya pada orang-orang, makhluk apakah mereka itu sesungguhnya..



1. RAM

RAM itu tempat penyimpanan data yang akan dan telah diproses sementara. RAM sifatnya nonvolatile alias hilang ketika nggak ada listrik.



2. VGA

Kalau VGA itu untuk kecepatan proses pengolahan grafik, misal kita gambar 3D yang cukup berat, nah peran VGA di sini yang dominan. VGA itu mempunyai memori : 1 GB, 1 GB, dst. Semakin besar memorinya semakin bagus. Misal VGA dengan memori 2 GB, pas buat desain atau edit film.



3. Prosesor (processor)

Prosesor itu tempat untuk proses aritmatika dan logika. Misal kita menjalankan program dimana di sana ada proses penghitungannya. Maka proses penghitungan itu diolah dulu di prosesor. Semakin tinggi clocknya semakin cpt prosesnya. Sebagai contoh prosesor i3 mempunyai clock 2.1, sedangkan prosesor i5 clocknya lebih tinggi yaitu 2.3. Apakah itu clock? Aku juga belum tahu, sayangnya kemarin lupa kutanyakan.



4. Harddisk

Harddisk itu untuk penyimpanan data yang bersifat volatile alias nggak hilang walau nggak ada listrik




Lalu bagaimanakah hubungan antara keempatnya? Berikut ini aku cuplikkan diskusi singkat mengenai hal itu.



Mawar : ”RAM (Random Access Memory) itu berpengaruh pada kecepatan akses memori. Guna RAM untuk menyimpan data sementara saat diproses ke komputer. Dengan kata lain sebagai tempat buffering atau tempat tunggu. Jadi semakin besar RAM, semakin cepat prosesor memproses karena data dari harddisk yang akan diambil oleh prosesor telah disimpan terlebih dahulu di RAM. Mesti nggak mudeng..”



Aku : (loading) (processing memory)



Melati : “Sedikit memperbaiki, semakin besar RAM tidak akan mempercepat kinerja prosesor. Namun mengurangi kesempatan menurunnya kinerja prosesor saat aplikasi-aplikasi yang membutuhkan memori besar dijalankan.”



Tulip : “RAM itu virtual memori. RAM berhubungan dengan kemampuan pembacaan data. Semakin besar RAM, semakin cepat pula prosesnya.”



Aku : @Melati : Jadi maksudmu, RAM itu semacam stabilisator untuk kinerja prosesor? @Tulip : Hm, kalau dianalogikan.. semakin lancar dia membaca sebuah tulisan, semakin cepat pula isi tulisan yang dia baca masuk ke otak, begitu kah?



Tulip : ”Yah 11-25 lah.. kira-kira miriplah sama analogimu”



Melati : ”Analoginya begini. RAM = jumlah piring untuk makan bakpao; aliran data = bakpao; harddisk = kulkas tempat menyimpan bakpao; prosesor = pemakan bakpao. Kalau kita mau makan bakpao banyak dan cepat (aplikasi besar), maka semakin banyak pula piring saji bakpao yang diperlukan agar semakin cepat pula proses makannya kan? Sedangkan kalau kita mau makan bakpao pelan-pelan (aplikasi ringan), piring saji sedikit nggak masalah kan? Coba bayangkan kalau kita mau makan banyak tetapi piringnya sedikit, maka kita harus sering-sering mengambil bakpao ke kulkas sehingga proses memakannya menjadi lama (pelan).



Aku : ”Andaikan si prosesor (aku) mau makan data (bakpao). Kalau RAM (piringnya) besar, maka semakin cepat pula data (bakpao) yang bisa prosesor (aku) lahap. Tetapi jika RAM (piringnya) kecil, maka si prosesor (aku) harus bolak-balik mengambil data (bakpao) ke harddisk (kulkas).. begitu???”



Melati : ”Ya seperti itulah..”



Pada kesempatan lain aku juga bertanya apakah itu HDMI dan HD LED. Maka temanku menjawab : ”HDMI itu yang dimaksud dengan colokan ke display, misalnya TV. Tetapi TV-nya juga harus mensupport HDMI. Sedangkan HD LED itu teknologi display monitor PC.”



---



Seperti yang telah aku sebutkan di atas, jika hendak membeli PC, maka besarnya RAM, VGA, prosesor, maupun harddisknya ya disesuaikan sama kebutuhan kita. Lalu bagaimana kriteria atau spesifikasi minimal PC untuk grafis? Yah, secara aku adalah mahasiswa arsitektur yang mau tidak mau bersinggungan dengan grafis seperti AutoCAD dan SketchUp. Sekedar iseng meminta pendapat dari teman-teman, kudapatkan beberapa padangan yang bermacam-macam.



Jeruk bilang, VGA yang cocok adalah Ati radeon atau GeForce. RAM minimal 2 GB. Tetapi agar kinerja RAM lebih maksimal, sebaiknya RAM dinaikkan menjadi 4 GB dan windowsnya 64 bit. Prosesor minimal Intel core i5, kalau mau i7 lebih bagus.



Anggur bilang, VGA-nya Ati 6xxx atau Nvidia Gt 3xx dan Core2Duo atau i-series untuk prosesornya. Lain lagi dengan Pisang yang mengatakan RAM 2GB, prosesor Intel core i5, dan VGA Ati Radeon minimal 1 GB. Berbeda dengan yang lain, Apel bilang prosesor i3 aja sudah cukup kok..



Macam-macam juga ya pendapatnya.. :D



---



Well, sekian dulu report hasil eksplorasi singkatku ke dunia IT.. Terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah membantu memberikan pengetahuan yang baru pada seorang yang sangat nol tentang IT. Jangan bosen-bosen ya!!






Yogyakarta, 21 September 2011

Meyna Fathimah

www.meidwinna.blogspot.com


Delapan Alasan Mengapa Saya Memakai Jilbab

1. Berjilbab adalah perintah Allah dalam surat Al Ahzab ayat 59 dan An Nur ayat 31.


2. Jilbab merupakan identitas utama untuk dikenali sebagai seorang muslimah.


3. Dengan berjilbab, saya merasa lebih aman dari gangguan. dengan berjilbab, orang akan menyapa saya "Assalamu'alaykum" atau memanggil saya "Bu Haji" yang juga merupakan do'a. Jadi selain merasa aman, bonusnya adalah mendapatkan do'a. Hal ini akan berbeda bila muslimah mengenakan pakaian yang 'you can see everything'.


4. Dengan berjilbab, seorang muslimah akan merasa lebih merdeka dalam artian yang sebenarnya. Perempuan yang memakai rok mini di dalam angkot misalnya akan resah menutupi bagian-bagian tertentu tubuhnya dengan tas tangan. Nah, kalau saya naik angkot dengan berbusana muslimah saya bisa duduk seenak saya. Jadi, lebih merdeka mana?


5. Dengan berjilbab, seorang muslimah tidak dinilai dari ukuran fisiknya. Kita tidak dilihat dari kurus, gemuknya kita. Tidak dilihat bagaimana hidung atau betis kita, melainkan dari kecerdasan, karya, dan kebaikan hati kita.


6. Dengan berjilbab, kontrol ada di tangan perempuan, bukan lelaki. Perempuan itu yang berhak menentukan pria mana yang berhak dan tidak berhak melihatnya.


7. Dengan berjilbab, pada dasarnya wanita telah melakukan seleksi terhadap calon suaminya. Orang yang tidak memiliki dasar agama yang kuat, akan enggan melamar gadis berjilbab.


8. Berjilbab tak perbah menghalangi muslimah untuk maju dalam kebaikan.


Perlu diingat, berjilbab memang bukanlah satu-satunya indikator ketakwaan, namun berjilbab merupakan realisasi amal dari keimanan seorang muslimah. Jadi lakukanlah semampunya. Tak perlu ada pernyataan-pernyataan negatif seperti "Kalau aku hati dulu yang dijilbabin". Hati kan urusan Allah, tugas kita beramal saja dengan ikhlas.


Pakailah jilbab dengan kesadaran dan jangan mengejek atau memaksa muslimah yang belum memakainya, malah kita harus merangkul mereka. Tunjukkan kita yang indah sebagai muslimah.




Dikutip dari Novel Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali

karya Helvy Tiana Rosa

dengan perubahan secukupnya


Yogyakarta, 21 September 2011

Meyna Fathimah

www.meidwinna.blogspot.com

Monday, September 19, 2011

Yang Muda yang Tak Beretika


Di suatu pagi di bulan September di salah satu sudut Kota Yogyakarta, seorang ibu muda tengah mengemudikan sebuah mobil Grand Livina warna abu-abu. Ia hendak pulang ke rumah usai mengantarkan anaknya berangkat sekolah. Muda? Melihat penampilannya, orang pasti mengira usianya masih berkepala tiga, padahal sebenarnya si Ibu telah menginjak kepala lima. Dimana dengan usianya, ia seharusnya lebih pantas dipanggil ”nenek”. Namun rupanya, usia tak menghalangi ibu itu beraktivitas ke sana ke mari. Ia masih sangat energik yang bahkan lebih energik dari anak muda jaman sekarang, mungkin.

Di perempatan Sagan, si Ibu menghentikan mobilnya demi mematuhi lampu apill yang telah berubah menjadi merah. Si Ibu yang pernah lama tinggal di luar negeri tentunya sangat memahami urgensi mematuhi peraturan lalu lintas. Ia mengambil posisi di lajur tengah karena hendak mengambil jalan lurus, dari arah barat menuju timur. Sementara di samping kanannya sebuah mobil Terios putih berplat AD berhenti di lajur untuk belok kanan alias menuju selatan.

Tak lama kemudian, lampu apill berubah menjadi hijau. Roda-roda mobil pun bergerak sesuai kehendak tuannya, begitu pun mobil abu-abu si Ibu. Tiba-tiba sesuatu mengagetkannya. Dari arah kanan, mobil abu-abu miliknya ditabrak oleh sebuah mobil yang tak lain adalah mobil Terios putih berplat AD tadi. Gila! Lebar jalan di sebelah timur perempatan Sagan menyempit, sehingga mobil Terios yang ngawur itu terjepit di antara mobil si Ibu dengan kendaraan dari arah yang berlawanan. Karena panik, sebelum posisi mobilnya benar-benar terjepit, pengemudi Terios tadi tanpa pikir panjang memaksakan menyalip mobil si ibu. Dan... DUAKK!!

Bukannya berhenti dan menepikan mobilnya, pengemudi Terios yang tak tahu etika itu malah bablas, tanpa klarifikasi, tanpa minta maaf. Tabrak lari. Si Ibu yang telah makan asam garam jalanan tentu saja geram melihat tingkah tak tahu diri pengemudi itu. Si Ibu tak mau kalah, ia langsung saja tancap gas mengejar si penabrak demi meminta klarifikasi, demi sebuah etika.

Semakin dikejar, pengemudi itu bukannya berhenti tetapi malah semakin melajukan Terios-nya. Tak mungkin si Pengemudi itu tak sadar dirinya dikejar. Saat tengah mengejar si Penabrak, tiba-tiba seorang polisi lalu lintas menghentikan mobil si Ibu untuk menyeberangkan seorang pejalan kaki.

”Maaf, Pak! Saya terus ya?” pinta si Ibu membuka kaca mobilnya.

”Lho, kenapa Bu?” tanya Pak Polisi heran.

”Saya mau mengejar mobil yang tadi menabrak saya!”

”Lho? Kok nggak dikejar e Bu?” Pak Polisi malah balik bertanya.

”Lha wong ini malah disuruh berhenti sama Bapak tho?”

”Oh iya dink. Udah Bu, dikejar aja!! Silakan, silakan!!”

”Makasih, Pak!”

Si Ibu berpamitan pada Pak Polisi, melanjutkan pengejarannya. Namun tak disangka mobil yang dikejarnya malah sudah menepikan diri saat si Ibu sedang berbicara dengan polisi. Rupanya si Pengemudi Terios takut dilaporkan ke polisi. Di belakang mobil si Penabrak, si Ibu menepikan mobilnya. Ia pun turun dari mobil, nyamperin orang tak tahu etika itu. Sementara si Pengemudi Terios tetap tak beranjak dari mobilnya.

Si Penabrak rupanya seorang pemuda kepalang tanggung. Ia duduk di belakang setir, tak beranjak sedikit pun bahkan setelah tahu ia berhadapan dengan orang yang jauh lebih tua darinya. Oalaaah.. bocah ra tau sopan santun!

”Maaf, mas.. setelah nabrak kok nggak berhenti ya?” ujar si Ibu mengawali.

”Lho, harusnya ibu tahu donk posisi saya gimana,” pemuda itu malah balik menyalahkan si Ibu.

Dalam hati si Ibu berpikir, bukankah si Pemuda ini yang salah? Seharusnya ia tadi belok kanan alias ke arah selatan, eh.. tahunya malah lurus. Salah siapa?

”Lagipula mobil ibu cuma kena spionnya saja. Kenapa ibu malah lapor polisi? Padahal saya sebenernya malas pake berurusan sama polisi. Coba kalau mobil saya sudah gini, siapa yang nanggung?” lanjut pemuda itu nerocos.

Si Ibu kembali berpikir? Bagaimana pemuda di depannya ini bisa tahu kondisi mobil Terios putih miliknya, lha wong nggak ngecek sama sekali?

”Saya mah nggak masalah sama spion saya. Tapi harusnya Mas tahu donk, kalau ada kejadian kayak gini tuh etikanya ya berhenti. Lagipula kalau emang Mas nggak mau urusan ini lanjut ke polisi, kenapa nggak menepi dari tadi? Kita kan bisa selesaikan masalah ini baik-baik..” balas si Ibu.

Sebenarnya tadi si Ibu memang tak berniat melaporkan ke polisi, hanya kebetulan saja polisi muncul di depan mata. Mau gimana lagi?

“Lha terus ini gimana?” si Pemuda meminta pertanggungjawaban. Lho?

“Ya makanya ini diselesakan ke polisi biar tahu mana yang benar mana yang salah.”

”Saya nggak mau direpotin sama polisi!!”

Hal ini sebenarnya membuat si Ibu curiga. Pemuda itu ngotot tak mau berurusan dengan polisi jangan-jangan karena tidak mempunyai SIM? Nah lho.. tetapi si Ibu urung menanyakannya.

”Ya udah! Tapi lain kali jangan diulang seperti ini lagi. Kalau ada masalah di jalan sebaiknya segera turun..” nasihat si Ibu.

”Ya udah!!” jawab pemuda itu seolah mengusir si Ibu yang masih tak beranjak dari sisi kanan mobilnya. Ealah... anak muda..

Respon yang kurang ajar membuat si Ibu jadi kesal dan tak habis pikir sehingga ia pun mengurungkan niatnya untuk mengecek mobil si Penabrak. Ya, niat awal si Ibu mendatangi mobil penabrak selain mengklarifikasi, juga untuk mengecek kondisi mobil Terios putih itu. Namun polah tingkah si Pemuda membuatnya malas berbaik hati. Lha wong si pemilik mobilnya saja nggak peduli mobilnya sendiri, kenapa harus berbaik hati padanya? Akhirnya si Ibu kembali masuk mobil dan melaju meninggalkan pemuda tanggung itu.

Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, si Ibu kembali mengingat-ingat kejadian tadi. Ngeyel-ngeyelan dengan pemuda itu mengingatkan si Ibu pada anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Duh, anak segedhe gitu kok tingkah lakunya masih kayak anak SD. Si Ibu hanya bisa geleng-geleng kepala.

Dalam hati, si Ibu hanya bisa menangis. Miris. Ia yakin tak sedikit orang Indonesia yang bertingkah laku seperti pemuda tadi. Mengaku benar padahal salah. Melanggar lalu lintas tapi tak peduli. Betapa banyak pengemudi amatir di Indonesia ini? Mereka sok-sokan bawa sepeda motor sendiri, bawa mobil sendiri.. padahal tahu aturan saja tidak. Mau sampai kapan masalah ini akan berlanjut? Tanya kenapa?

Hal yang tak kalah membuat si Ibu miris adalah kenyataan bahwa orang yang dihadapinya tadi adalah seorang pemuda. Seburuk itukah etika generasi masa kini? Apakah buruknya generasi masa kini disebabkan oleh kegagalan para generasi sebelumnya dalam mendidik mereka? Mau dibawa kemana Indonesia?

Ah, namun begitu.. si Ibu menyadari masih banyak kok generasi masa kini yang tahu sopan santun dan berbudi luhur. Dalam hati, si Ibu berjanji tidak boleh ada satupun anak cucunya yang menjadi manusia tak tahu adat dan tak tahu aturan. Dan untuk Indonesia, si Ibu hanya bisa berdoa semoga Allah memberikan yang terbaik. Karena Indonesia tak boleh dan tak bisa terpuruk selamanya..

Yogyakarta, 19 September 2011

Meyna Fathimah

www.meidwinna.blogspot.com

*Kisah ini diangkat dari kisah nyata*

Penyakit Skripsi dan Obatnya


Lihatlah ke bawah, jangan ke atas. Istilah itu mungkin cocok untuk beberapa kasus tertentu. Namun agaknya istilah tersebut sangat tidak cocok bagi mereka yang tengah berjuang mengerjakan skripsi seperti aku. Bagaimana bisa begitu?


Seperti yang dikatakan oleh ibuku bahwa penyakit skripsi dimana-mana hampir sama, yaitu malas dan putus asa. Maka obat yang diperlukan untuk mengatasi penyakit malas dan putus asa ini adalah semangat dan motivasi. Lalu bagaimana cara mendapatkannya?


Lihatlah ke atas, jangan ke bawah. Agaknya istilah inilah yang cocok buat mereka-mereka yang sedang menempuh skripsi. Lihatlah teman-teman kita yang telah lulus duluan ataupun teman-teman yang sudah lebih maju progress skripsinya dibandingkan kita, lalu bandingkan dengan diri kita. Dengan melihat kesuksesan mereka sudah seharusnyalah kita malu, dan dengan malu itu harapannya menjadikan kita termotivasi untuk mengejar ketertinggalan. Jangan berbuat sebaliknya, yaitu malah melihat teman-teman yang di bawah, teman-teman yang progress-nya lebih lambat dari kita atau bahkan belum menyentuh skripsi mereka.


”Ah tenang, si A aja belum ngambil skripsi kok..”


”Jangan khawatir, skripsinya si B masih belum apa-apa. Belum ada kemajuan sama sekali, masih lebih bagusan punyaku..”


Nah lho.. Hati-hati, jangan bangga dulu jika berhasil menggungguli teman yang lain. Jangan merasa di atas awan dulu, perjuangan belum selesai. Ini baru proses, belum akhir. Tak ada yang menjamin jika suatu saat justru kita diselip oleh teman-teman yang tadinya berada di bawah kita.


Jadi buat kamu-kamu yang sedang skripsi, tetaplah berjuang. Tetaplah melihat ke atas, pandanglah jauh ke depan pada mimpi-mimpi yang kau ukir tinggi-tinggi. Tidakkah menyenangkan jika mimpi itu dapat kita gapai dengan segera?


Good luck!


Di tengah progress skripsi yang maju – mundur,

15 September 2011

Meyna Fathimah

www.meidwinna.blogspot.com

Mandek Menulis? No Way!


Beberapa waktu ini aku sempat mandek menulis. Nggak usah ditanyalah apa alasannya, karena alasannya nggak jauh-jauh dari alasan klasik : nggak mood, males, nggak ada ide. Mandek menulis itu rasanya sungguh nggak enak dan mengganjal. Rasa bersalah dan menyesal pada diri sendiri pun timbul dalam diri. Rasa bersalah ini pun kadang berefek buruk dengan menjadikan mood-ku drop, tidak stabil. Menyiksa sekali bukan? Hm..tapi sebenarnya kalau boleh jujur, penyebab ketidakproduktivanku menulis belakangan ini dipicu oleh suatu hal, ya, laptop kesayangan yang selalu menemani keseharianku ternyata sudah wafat. Alhasil, ketiadaannya membuatku sangat malas menulis.


Ini kebiasaan burukku : malas menulis dengan handwriting. Maka dengan alasan laptop rusak alias tidak ada fasilitas seolah memberikan pembenaran atas aksi mogok menulisku. Sungguh bodoh ya?


Aku vacuum hingga beberapa minggu lamanya, hingga suatu sore secara tidak sengaja aku bertemu dengan seorang temanku. Lama tidak bertemu dengannya membuatku mampu bercerita panjang lebar ini itu, sampai akhirnya aku curhat padanya yang notabene juga seorang penulis, tentang aksi bodohku selama beberapa minggu ini. Dengan menceritakan masalah ini padanya, aku berharap mendapatkan advice yang berharga demi menggugah kembali semangat menulisku.


Perbincangan kami selama beberapa menit itu memang tidak dibumbui dengan ceramah yang terkadang aku harapkan. Namun dari pertemuan singkat antara aku dengannya, kundapatkan beberapa nasehat yang berharga sebagai berikut :


1. Bertemu dengan sesama penulis (orang yang suka menulis) dapat menjadi pemantik semangat kita untuk menulis. Saling berdiskusi, bertukar pikiran, atau bahkan hanya sekedar bertatap muka saja dapat menumbuhkan semangat yang luar biasa. Percayakah? Coba saja.. J


2. Ketiadaan fasilitas bukanlah penghalang bagi kita untuk menulis. Masa iya tanpa laptop aku akan terus vacuum menulis? Tentu saja tidak kan? Ada begitu banyak hal yang terlalu sayang untuk luput kita tuangkan dalam tulisan. Ada begitu banyak hal yang akan membuat kita menyesal jika tidak kita tuliskan.. Benar kan?


3. Siapa bilang menulis itu harus panjang-panjang? Tidak ada kok yang mengatakan bahwa sekalinya kita menulis itu minimal sekian atau sekian. Jadi walau sesedikit apapun cerita yang mampu kita tuliskan, maka tuliskan saja. Daripada tidak menulis sama sekali? Lagipula tulisan yang sedikit belum tentu tidak berkualitas kan? Menulis sedikit tapi rutin jauh lebih baik daripada menulis jarang-jarang tapi langsung banyak, karena dengan merutinkan menulis akan mengasah kepekaan kita secara rutin juga.. So, bagi teman-teman yang punya blog silakan di-update blognya walau hanya tulisan-tulisan singkat.. Okay?


Well, ini sedikit pengalaman berharga yang ingin aku bagikan kepada teman-teman semuanya. Aku yakin, tidak sedikit diantara teman-teman yang pernah mengalami ”penyakit” serupa denganku. Semoga pengalaman yang aku share ini bermanfaat bagi kita semua dan mampu memompa semangat kita untuk terus menulis. Amin..


Teruslah berkarya!!


15 September 2011

Meyna Fathimah

www.meidwinna.blogspot.com

Dialog Malam


Gundah..

Galau..

Putus asa..

Penyakit yang kini tengah kurasakan..

Rasa yang mengkungkung hari-hariku..

Aku terpuruk.. sangat terpuruk..

Masa depanku gelap..

Suram..

Jauh..


Aku lelah Tuhan..

Lelah dengan segala keputusasaan ini..

Lelah dengan segala lemahku..

Aku ingin bangkit..


---


Tiba-tiba..

Kulihat cahaya di tengah gelapnya malam ini..

Begitu benderan di antara kelam..

Bintangkah itu? Ataukah bulan?

Atau malaikat?

Cahaya itu begitu hangat,

Tenteram, cemerlang..

Membuat hati ini menjadi damai..


Tuhan inikah pertanda dariMu?

Inikah jawaban atas doaku?

Ini jala terang dari gelap hariku?

Inikah cinta dari kelamnya jiwa?

Inikah harapan untukku bangkit dari hidupku yang suram?

Untuk berlari mengejar cahaya cintaMu yang abadi?



8 September 2011

Meyna Fathimah

www.meidwinna.blogspot.com

Curhat : Kehabisan Ide


Sebagai seorang penulis atau seseorang yang suka menulis, pernahkah kau merasakan kehabisan ide? Kalau aku pernah, bahkan bisa dibilang tidak jarang. Lalu apa yang kau rasakan ketika kehabisan ide? Marah atau biasa saja? Kalau aku rasanya geregetan dan ingin meledak. Entah pokoknya rasanya menyesakkan dan bikin stres.

Aku teringat nasehat seorang teman. Kata dia, sebuntu apapun ide, usahakan tetap menulis. Cobalah menulis dengan rutin dan intensif, walau hanya tulisan coret-coretan ataupun diary. Jadi ketika sedang kehabisan ide, kenapa tidak coba kau tuliskan saja tentang keadaanmu saat itu yang sedang kehabisan ide? Tuliskan saja perasaan depresimu saat itu yang sedang buntu ide, tuliskan betapa menderitanya dirimu tanpa ide. Betapa inginnya kau memukul-mukul kepala agar inspirasi mengalir dari mesin otak. Kenapa tidak?

Tapi ngomong-ngomong tentang kehabisan ide, salahku juga sih. Seharusnya aku bisa memaksa diriku untuk mencari sensasi baru atau sesuatu yang bisa menginspirasiku. Salahku juga yang seringkali menjadi budak mood setiap kali dikaitkan dengan ide dan inspirasi, selalu saja beralasan ”ah, aku lagi nggak mood nih”. Padahal dengan mengkondisikan diri kita dengan ketidak-mood-an, justru akan menghancurkan ide yang sebenarnya sudah ada dan siap kita tuangkan. Please, mulai sekarang cobalah untuk lebih bisa mengendalikan mood. Karena bad mood akan dapat merusak segalanya.

Ya sudahlah, jangan sampai ini terulang lagi. Saat-saat kehabisan ide rasanya sungguh menyiksa. Aku menyesal. Semoga tidak terulang lagi.

Agustus 2011

Meyna Fathimah

_hari-hari penuh siksa tanpa ide_

Syair Abu Nawas


Ilahi lastu lilfirdausi ahla,

Walaa aqwa ‘ala naaril jahiimi

Fahabli taubatan waghfir dzunubi,

Fainaka ghafirudz dzanbil azhimi…


Dzunubi mitslu a’daadir rimali,

Fahabli taubatan ya Dzal Jalaali,

Wa ’umri naqishu fi kulli yaumi,

Wa dzanbi zaaidun kaifa –htimali


Ilahi ‘abdukal ‘aashi ataak,

Muqirran bi dzunubi wa qad da’aaka

Fain taghfir fa anta lidzaka ahlun,

Wain tadrud faman narju siwaaka


Wahai Tuhanku.. aku sebetulnya tak layak masuk surgaMU,

Tapi… aku juga tak sanggup menahan amuk nerakaMu,

Karena itu mohon terima taubatku ampunkan dosaku,

Sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun dosa-dosa besar

Dosa-dosaku bagaikan bilangan butir pasir

Maka berilah ampunkan oh Tuhanku yang Maha Agung


Setiap hari umurku terus berkurang

Sedangkan dosaku terus menggunung,

Bagaimana aku menanggungkannya


Wahai Tuhan, hamba-Mu yang pendosa ini datang bersimpuh ke hadapanMU

Mengakui segala dosaku

Mengadu dan memohon kepadaMu


Kalau Engkau ampuni itu karena

Engkau sajalah yang bisa mengampuni

tapi kalau Engkau tolak, kepada siapa lagi kami mohon ampun selain kepadaMu?

(dikutip dari novel Negeri 5 Menara – A. Fuadi)


---

Siapa sih yang belum pernah mendengar syair di atas? Syair dari seorang Abu Nawas yang sudah cukup terkenal dan akrab di telinga kita. Bagiku syair itu sangat mengena di hati. Setiap kali mendendangkan syair itu, hati ini terenyuh, takut, resah..


Wahai Tuhanku.. aku sebetulnya tak layak masuk surgaMU.. Tapi… aku juga tak sanggup menahan amuk nerakaMu.. Kalimat ini menyadarkan betapa inginnya kita masuk surga. Namun kita sesungguhnya sadar bahwa dengan segala track record amal di dunia belumlah cukup untuk membawa kita memasuki surgaNya. Bahkan bisa jadi amalan-amalan kita justru menjadikan kita lebih layak untuk masuk neraka (na’udzubillah min dzalik). Walau bagaimanapun kita tidak kuasa dan tidak mau menjadi penghuni neraka..


Karena itu mohon terima taubatku ampunkan dosaku.. Sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun dosa-dosa besar.. Dosa-dosaku bagaikan bilangan butir pasir.. Maka berilah ampunkan oh Tuhanku yang Maha Agung.. Menyadari betapa banyaknya dosa yang telah kita lakukan, hanya taubat dan permohonan ampun dari Allah lah yang bisa menyelamatkan kita dari amuk neraka. Karena hanya dengan kemurahan Allah lah kita dapat selamat. Hanya Allah lah yang dapat mengampuni semua dosa-dosa yang sudah tak mampu terhitung lagi banyaknya, bagaikan jutaan bilangan butiran pasir.


Setiap hari umurku terus berkurang.. Sedangkan dosaku terus menggunung.. Bagaimana aku menanggungkannya.. Kita begitu takut dengan umur kita yang terus berkurang, sementara dosa tak henti-hentinya kita perbuat. Lalu bagaimanakah kita dapat menebusnya? Akankah dosa-dosa itu terus bertambah dan menghantui kita hingga akhir usia? Masya Allah.. Na’udzubillah min dzalik..


Wahai Tuhan, hamba-Mu yang pendosa ini datang bersimpuh ke hadapanMU.. Mengakui segala dosaku.. Mengadu dan memohon kepadaMu.. Menyadari bahwa hanya Allah lah yang bisa membantu kita, maka diri ini bersimpuh di hadapanNya memohon pengampunan dariNya. Berpasrah di hadapanNya, menangis, mengakui segala dosa yang telah kita perbuat. Mengadukan segala kegundahan ini dan memohon belas kasihan dariNya.. Hanya Allah lah yang mampu menyelamatkan kita..


Kalau Engkau ampuni itu karena.. Engkau sajalah yang bisa mengampuni.. tapi kalau Engkau tolak, kepada siapa lagi kami mohon ampun selain kepadaMu? Kita memohonkan ampun atas dosa-dosa ini hanya kepada Allah. Karena tidak ada dan tidak mungkin ada dzat lain yang mampu menyelamatkan kita dari dosa-dosa ini. Maka dengan penuh kesungguhan dan harap, kita mohonkan Allah menerima taubat kita dan mengampuni dosa-dosa ini. Namun jika Allah enggan mengampuni kita, kepada siapa lagi kita akan mengadu? Kepada siapa lagi kita akan mohon pengampunan? Tidak ada.


Semoga Allah masih memberikan kemurahanNya dan senantiasa memberikan pengampunan atas segala dosa dan kelalaian kita. Semoga dengan sisa umur yang diberikanNya kita dapat menebus dosa-dosa yang pernah kita perbuat. Aamiin..



Juli 2011

Dua hari menuju bulan penuh berkah..

Meyna Fathimah

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh...

(Puji syukur kehadirat Allah yang masih memberikan nikmat iman dan Islam pada diri ini..)

Selamat datang di blogku yang mungkin hanya berisi secuil pemikiran dan ungkapan isi hati...

Sungguh, kebenaran datangnya hanya dari Allah. Adapun kesalahan datangnya murni dari diri ini. Untuk itu mohon masukan, kritik, dan sarannya serta mohon dimaafkan atas segala kesalahan. Terima kasih. Selamat menikmati. Semoga bermanfaat dan membawa berkah. Amin

(Mulakanlah dengan membaca Basmalah.... dan akhirilah dengan Hamdalah..)