Thursday, August 14, 2008

Aku dan SPUTNIK

Tidak terasa, ternyata OSPEK 2007 (baca: SPUTNIK) sudah berlalu satu tahun lamanya. Masa-masa penuh kenangan, saat aku masih menjadi seorang MABA (baca: mahasiswa baru), terlintas kembali dalam benakku.

Briefing MABA, Pertengahan Bulan Agustus 2007

Pagi itu adalah briefing mahasiswa baru. Dengan penuh semangat aku datang ke kampus Teknik pagi itu dengan motor Supra X milik ayahku tersayang. Setelah memarkirkan motor di tempat yang telah disediakan, aku segera bergabung ke tengah-tengah kerumunan MABA mencari-cari orang yang kukenal. Hanya dalam hitungan detik, aku dengan mudah bisa menemukan teman-teman SMAku, Padz Squad dengan jaket almamater kesayangan.

Tak lama kemudian, briefing MABA pun dimulai. Dalam briefing hari itu, panitia mengumumkan bahwa OSPEK tanggal 23-25 Agustus mendatang akan dimulai pada pukul 06.00 pagi dan kami diharuskan untuk tidak datang terlambat. Selain itu, kami juga ditegaskan untuk menaati beberapa ketentuan, seperti dilarang membawa HP, dilarang membawa kendaraan ke sekitar lokasi, dan lain-lain.

Setelah basa-basi dan segala macam, kami diperintahkan untuk segera mencari kelompok masing-masing. Namun untuk mencarinya, tak semudah itu. Kami diharuskan untuk mencarinya sendiri dengan melihat kertas-kertas pembagian kelompok yang sudah ditempel di beberapa tempat. Tak ayal lagi, tanpa pikir panjang, semua MABA bergegas berebut mencari kelompoknya masing-masing. Tanpa peduli sekitar, tidak teratur - asal tubruk, bercampur-baur antara laki-laki dan perempuan menjadi pemandangan saat itu, memprihatinkan.

Akhirnya semua MABA mendapatkan kelompoknya masing-masing. Begitu pula denganku. Aku, Meidwinna Vania Michiani, tergabung dalam ranger nomor 31 “ARIANE” dengan dua orang pemandu. Sebut saja mas Miftah dan mbak Dining.

Hari itu juga, kami saling memperkenalkan diri dengan sesama anggota ranger ARIANE. Mulai dari nama, asal sekolah, tempat tinggal, dan lain-lain. Setelah itu dilanjutkan dengan pembagian kaos serta inti acara briefing hari itu, penugasan!!

Pasca Briefing MABA, Pra OSPEK

Banyaknya tugas yang diberikan saat briefing MABA, mengharuskan kami untuk senantiasa lembur sepanjang hari menjelang Hari-H OSPEK. Membuat topi, tas, name tag, buku tugas, block note, mascot ranger, dan segala macam. Benar-benar pemborosan!! Tapi di luar itu, banyaknya tugas membuat kami, ARIANE, semakin akrab. Oiya, sekedar informasi, untuk mengerjakan tugas kelompok yang menggunung itu, membuat kami harus mempunyai basecamp. Di mana di basecamp itu, kami melembur menyalurkan segenap tenaga untuk menyelesaikan semua tugas. Adapun basecamp kami tercinta berada di daerah Kotabaru, tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman nomor 69. Ya, rumah yang cukup tua milik nenek salah seorang anggota ranger kami itulah basecamp kami. Rumah neneknya Dwinna..^;^

Kamis, 23 Agustus 2007; Hari Pertama SPUTNIK

Ba’da shalat shubuh dan berbenah diri, aku bergegas meninggalkan rumah pagi itu diantar oleh ayahku. Bagaimana tidak bergegas? OSPEK dimulai pukul 06.00!! Dan, alhamdulillah aku datang beberapa menit sebelum acara dimulai.

Hari pertama OSPEK, kami disuguhi bermacam-macam acara. Mulai dari pembukaan oleh Dekan Fakultas Teknik, Prof. Dr. Ir. Indarto, DEA, dilanjutkan dengan perkenalan beberapa dosen petinggi fakultas. Tak ketinggalan, acara Talk Show dengan pembicara Pak Wazis Wildhan, Dosen Teknik Mesin. Beliau memberikan pengantar seputar engineer. Kemudian disusul dengan sesi II “KPTU.com” tentang Fasnet dan fasilitas IT di UGM.

Ada juga sesi kepemanduan yang dipegang oleh masing-masing pemandu. Dalam sesi kepemanduan siang itu, kami diberikan materi mengenai cita-cita dan motivasi diri. Bahwa kunci untuk mencapai cita-cita, kita perlu menggali motivasi diri. Selanjutnya kita perlu mengidentifikasi potensi atau kemampuan diri kita dengan analisis SWOT. Di luar potensi masing-masing pribadi yang tentunya berbeda, dalam suatu komunitas seperti OSPEK saat itu, diperlukan adanya pensinergisan potensi tiap anggota. Di mana masing-masing anggota saling bekerja sama satu sama lain demi mencapai sebuah tujuan.

Ba’da asyar, seluruh MABA dikumpulkan kembali di depan Gedung KPTU. Setelah kami semua berbaris rapi. Tiba-tiba muncul segerombolan panitia berslayer merah. Siapa lagi kalau bukan Tatib!! Ya, itulah sesi “Virus Detected”. Di mana Tatib beraksi untuk membasmi “virus-virus” yang tidak mengerjakan tugas. Bentakan-bentakan kasar disertai kata-kata kotor meluncur dengan mudahnya tanpa dosa dari mulut-mulut para pengeksekusi. Hukuman push up, jongkok, dan sebagainya menimpa kami semua, bersalah maupun tidak. Akhirnya, sekitar tiga puluh menit sebelum waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB, para Tatib menyudahi eksekusi sore hari itu. Dan mereka pun kembali ke sarangnya.

Pasca eksekusi, suasana menjadi cukup tegang. Kemudian acara segera diambil alih oleh protokoler. Kini saatnya pembacaan tugas untuk keesokan hari. Di antaranya adalah membuat yel ranger yang akan dilombakan. Kemudian membuat peta kampus, membawa balon gas yang warnanya sesuai dengan warna ranger, hingga membawa benang kasur. Belum lagi tugas individu seperti membuat esai tentang RUU BHP dan visi misi 10 tahun ke depan sebagai seorang insinyur, serta membuat karya pribadi yang menunjukkan jurusan masing-masing.

OSPEK hari pertama pun bubar. Semua peserta, diharuskan meninggalkan kampus saat itu juga, tanpa terkecuali.

Penugasan yang cukup banyak membuat para personil ranger ARIANE harus kembali berkumpul di basecamp malam itu. Dan kami berencana berkumpul kembali sekitar waktu Maghrib, setelah istirahat sejenak. Waktu istirahat yang cukup singkat itu, kugunakan untuk segera menyusup ke kantor ayahku. Aku yang tidak membawa uang sama sekali tidak bisa pulang, otomatis aku kembali nebeng ayahku.

Di kantor ayahku, yang masih dalam kompleks kampus Teknik, aku meminta izin pada beliau untuk menggunakan fasilitas internet yang ada di ruangan tersebut. Beliau pun mengizinkan, dan aku mulai browsing untuk mencari bahan tugas esai mengenai RUU BHP, istilah yang begitu asing di telingaku.

Tak lama kemudian, ayah mengantarkanku ke basecamp. Saatnya ARIANE berkutat kembali dengan tugas. Namun malam itu kami tak lagi mengerjakan tugas seberat hari-hari sebelumnya. Malam itu, kami hanya melakukan pembagian tugas. Selanjutnya kami gunakan waktu yang tersisa malam itu untuk latihan yel.

Jum’at, 24 Agustus 2007; Hari Kedua SPUTNIK

Pagi itu, seperti hari pertama, aku berangkat pagi-pagi sekali ke kampus Teknik diantar oleh ayahku tepat waktu. Acara OSPEK pagi itu diadakan di kampus lama Teknik, yaitu di daerah Sekip.

Acara OSPEK pagi itupun dibuka oleh protokoler. Setelah itu kami menyantap sarapan. Sementara aku menanti-nantikan acara selanjutnya dengan berdebar-debar, “Setelah ini apa ya?” penasaran aku bertanya-tanya dalam hati.

Selang beberapa menit kemudian, terjawablah pertanyaanku. Karena tak disangka-sangka, sekarang saatnya Tatib kembali beraksi!! Suasana kembali menjadi gaduh, belum lagi ada seorang MABA yang diseret ke depan karena rambutnya gondrong dan dicat merah. Fyuuh!! Suasana benar-benar menjadi panas.

Tiba-tiba Tatib berteriak, “Yang merasa tugasnya tidak lengkap, pindah ke sisi sebelah utara!!”. Aku kaget dan menyadari bahwa tugasku tidak lengkap. Akhirnya dengan PDnya aku berpindah ke sisi utara bersama dengan banyak sekali MABA yang juga “bersalah” sepertiku. Aku bergabung ke barisan yang merupakan kelompok hukuman ringan.

Di sisi utara, saat para tersangka sudah dikumpulkan, diselingi teriakan-teriakan para eksekutor, Kasubbid Tatib maju ke depan podium dan mulai memberikan hukuman untuk kami. Jongkok, berdiri, kemudian jongkok lagi. Kemudian kami semua diberi hukuman push up.

Entah apa yang merasukiku, tiba-tiba saja aku berteriak bahwa aku menolak menerima hukuman push up. Bukannya aku tidak sanggup, namun sejauh aku membaca buku panduan OSPEK, yang aku lakukan “hanya”lah pelanggaran ringan. Dan sanksi atas pelanggaran ringan bukanlah push up. Begitulah tegasku kepada Tatib yang berdiri di depanku.

Dan tanpa ba-bi-bu lagi, aku segera diusir dari barisan. Semula aku mengira bahwa aku diperbolehkan kembali ke barisan rangerku, namun ternyata aku dipindahkan ke barisan terdakwa yang statusnya lebih berat, alias ke barisan “ekslusif”.

Dalam barisan baru itu, aku kembali dibentak-bentak seperti di kelompok hukuman ringan. Namun bedanya, aku dibentak-bentak secara personal (yah, secara orangnya hanya sedikit). Saat dibentak, aku yang tidak tahu “etika” saat dibentak, malah menatap mata orang yang membentakku. Bukannya aku sengaja menantang, namun aku tidak tahu bahwa aku “seharusnya” menunduk saja.

Mulanya, sang eksekutor, sebut saja Mbak X, menanyaiku dengan kasar mengenai apa kesalahanku. Kemudian kujelaskan dengan panjang lebar seperti yang telah kujelaskan sebelumnya. Adu mulut pun terjadi. Kembali aku tidak tahu bahwa lebih baik aku diam daripada beradu mulut dengan Tatib.

Aku memang mengakui bahwa ada kesalahan pada name tagku. Selain kepangannya yang belum jadi, ada beberapa bagian yang memang salah. Namun aku tidak terima ketika Tatib mencoba merobek name tagku. Setelah kembali beradu mulut, aku berhasil menyelamatkan name tagku.

Tak lama kemudian, setelah jenuh beradu mulut, Mbak X menanyakan padaku apakah hukuman yang kuinginkan, jika memang aku tidak mau dihukum push up. Setelah negosiasi yang cukup panjang, hukuman yang dijatuhkan kepadaku adalah membersihkan ruang Tatib. Ok, deal! Dan akhirnya, aku diperbolehkan kembali ke barisan rangerku, dengan catatan bahwa siang ini aku harus menjalani hukuman “bersih-bersih”.

Tak lama berselang, sesi hukuman selesai. Area OSPEK kini kembali bersih dari para eksekutor. Adapun acara selanjutnya adalah jalan-jalan ke jurusan. Kami semua dipilah-pilah berdasarkan jurusan masing-masing, untuk melakukan tour ke jurusan. Dan aku pun mulai melangkahkan kaki bersama teman-teman satu jurusan menuju gedung kampus Arsitektur dan Planologi, untuk mengenal lebih jauh tentang jurusanku tercinta.

Usai shalat Dhuhur, kami kembali dikumpulkan di Plaza KPTU untuk menyimak seminar mengenai sikap mental dan etika profesi insinyur, yang dibawakan oleh Bapak Wahyu B. S. selaku pembicara. Siang itu memang sangat melelahkan, namun sebisa mungkin aku tetap berusaha untuk menyimak apa yang disampaikan pembicara, seraya mencatat beberapa hal penting.

Saat sedang asyik-asyiknya mencatat materi, tiba-tiba aku terusik oleh kedatangan beberapa Tatib yang sedang mensweeping para MABA putra yang rambutnya gondrong atau dicat. “Ups, Tatibnya udah turun. Jangan-jangan sebentar lagi giliranku…” gumamku berdebar-debar cemas. Benar saja, tiba-tiba Mbak X memanggilku keluar barisan dan membawaku ke lantai 2 KPTU, menuju ruang Tatib.

Eksekusi pun dimulai. Dan segera saja kumulai menyapu ruangan Tatib, dengan iringan backsound yang tiada henti-hentinya mengiringi. Saat itu aku tidak sendirian, karena banyak juga MABA yang sedang menjalani hukuman saat itu.

Beberapa menit kemudian, hukuman disudahi. Dan kami para terdakwa dipindahkan ke tempat lain. Yaitu ke lahan kosong yang terletak sebelah selatan dari gedung Arsiplan. Di tempat itu, kami kembali diceramahi, sebagai closing dari hukuman. Dan aku yang dianggap sudah menerima hukuman, akhirnya dipersilakan untuk meninggalkan lokasi hukuman oleh seseorang yang pada akhirnya kuketahui sebagai kakak kelasku. Aku pun segera kembali ke plaza KPTU untuk bergabung bersama teman-teman.

Sesampainya di KPTU, teman-teman ARIANE sedang maju ke depan untuk lomba yel. Aku yang datang terlambat akhirnya hanya menyaksikan teman-temanku beraksi sambil menyemangati mereka.

Selanjutnya adalah sesi kepemanduan mengenai peran mahasiswa sebagai agent of change dan sebagai iron stock. Tak ketinggalan pula pembahasan mengenai RUU BHP. Selain diiisi materi, sesi kepemanduan juga diisi dengan sharing.

Dan acara terakhir untuk OSPEK hari itu adalah pembaerian tugas yang tak kalah banyak seperti hari pertama. Di antaranya ada tugas kelompok seperti membawa kenang-kenangan, membuat gambar futuristic, membuat satu buah sentir dari botol kaca, membawa tempat sampah di mana kami sudah jauh-jauh hari ditugaskan untuk membuatnya, serta membuat kata-kata terakhir atau kesan pesan terhadap acara SPUTNIK. Dan juga tugas individu yang kembali menulis esai, kali ini bertemakan “Organisasi vs Study Oriented”.

Sabtu, 25 Agustus; Hari Terakhir SPUTNIK

Hari terakhir seharusnya ditutup dengan sesuatu yang menyenangkan. Namun itu tidak berlaku bagiku. Aku yang mengawali hari itu dengan buruk, merasakan kepenatan dan kesuntukan yang luar biasa. Hari terakhir SPUTNIK, aku datang terlambat.

Aku yang datang dengan berlari-lari segera disambut dengan tatapan menyeramkan dari para Tatib. Dan aku pun kembali berhadapan dengan Tatib!! Oh my God!
“Oh, Dwinna lagi… Woi, temen-temen sini! Ini yang kemarin, Dwinna nih!!” ejek Mbak X.
“Oh yang kemarin nggaya banget minta hukuman ngebersihin ruang Tatib..??” seru temannya.
“Ngapain kamu? Hah?” sebuah pertanyaan ditjukan kepadaku, “telat lagi..??”
“Saya telatnya cuma hari ini, Mbak… Kemarin nggak telat,” ucapku tidak terima.

Cemoohan demi cemoohan datang bertubi-tubi. Begitu pun yang dialami oleh rekan-rekan lain yang datang terlambat. Namun mereka “beruntung” karena sikap mereka yang nrimo. Setelah rampung dengan hukuman push up-nya (yang entah sesuai dengan porsinya atau tidak), mereka dibebaskan dan diperbolehkan bergabung mengikuti acara yang sedang berlangsung. Sangat bertolak belakang dengan nasibku. Aku tetap tidak mau dihukum push up karena memang bukan push up lah hukuman atas pelanggaranku. Pelanggaran yang kulakukan masih tergolong ringan.

“Kamu ini kenapa terlambat? Jawab! Bla… bla…” kembali Mbak X bertanya padaku. Sementara teman-temannya sibuk menggeledah tasku dan mengecek tugasku. Alhamdulillah-nya aku mengerjakan tugasku hari itu dengan cukup baik bahkan diary-ku aman dari unsure menghina Tatib. Untuk masalah itu aku aman.

Entah sudah berapa lama aku dipaksa berdiri di tempat hukuman. Sebenarnya aku ingin lekas pergi dari situ, namun entah aku malas untuk menyerah pada mereka. Sambil berusaha menenangkan diri, aku sedikit mencuri-curi lihat orang-orang yang ada di sekitarku. Kalau aku menebak, tidak hanya Tatib yang ada di dekat situ. Ada Dewan Pengawas, panitia lain, bahkan seorang pemanduku juga di situ sambil. “Yah, aku kok nggak dibela?? Masa Cuma diliatin doank, hix..” gumamku dalam hati.

“Heh, kamu PADMANABA?” selidik Mbak X sambil melirik pin PADMANABA yang kusematkan di jilbab.
“Iya, mbak..” jawabku lirih.
“Hah, heran aku. Dari kemarin anak SMA favorit selalu saja sok ngelawan Tatib! Kemarin SMA tuuutt!!! (sensor-red), sekarang SMA 3. Sok pinter kamu?!!”
“Woi temen-temen!! Adik kelas kalian nih! Dia SMA 3 ternyata!! Malu-maluin nggak sih? Haha..” lanjutnya.
“Hah? SMA 3?? Masa..?? Ihh..” ejek seorang Tatib.
“Coba nih liat pinnya!! SMA 3 Yogya coba..!!” ejek Mbak X.
“Heh kamu SMA 3?” tanya Tatib yang lain.
“Iya, Mas…” jawabku sambil melirik padanya yang aku kenali sebagai kakak kelasku di SMA. Dan aku pun kembali menundukkan kepalaku.
“Heh, kamu tuh tau nggak sih!! Di sini tuh banyak kakak kelasmu tau!!” Mbak X kembali berbicara. “Nih, kamu kenal nggak sama Mbak Y!?”
“Iya, Mbak..” jawabku singkat setelah melirik kepada Mbak Y.
“Heh, kamu liat ke sini!!” hardik seorang Tatib yang lain, sebut saja namanya Mbak Z, yang juga alumni SMA 3.
“Lihat kita!” lanjutnya sambil mengangkat daguku.
“Lihat!! Kita semua ini alumni SMA 3!”. Benar saja, saat aku mengangkat wajahku, aku melihat para Tatib yang alumni SMA3 mengerumuniku.
“Kamu ini malu-maluin almamater, tau nggak sih! Lepas tuh pin-mu!! Jangan malu-maluin SMA 3! Copot!!”
Aku yang sudah semakin capek melayani mereka, segera melepas pin PADMANABAku. Sebenarnya, tanpa mereka suruh pun, aku ingin sekali mencopotnya. Aku benar-benar malu. Bagaimana mungkin aku bangga mengenakan pin SMA 3 sementara aku datang terlambat pagi itu..?? Ugh..

“Huff, kapan nih selesainya..” keluhku dalam hati, “capek…”
“Kamu Teknik Arsitektur ya?” tanya Mbak V, Tatib yang seorang mahasiswi Arsitektur.
“Iya..”
“Berarti kita satu jurusan? Ih, males banget satu jurusan sama kamu!!”
“Kamu ini mbok nulisnya yang bener…” lanjutnya sambil menunjuk tulisan ‘TA’ pada name tagku. “Apa sih susahnya nulis ‘Teknik Arsitektur’?? TA… TA… emangnya ada Teknik TA….”

“Udah-udah..” tiba-tiba Mbak X yang dari tadi diam saja memperhatikan saat aku dikait-kaitkan dengan SMA 3 maupun jurusanku, kini kembali angkat bicara. Sambil berjalan mendekat, ia berkata, “Sekarang kamu maunya apa?”
“Huff, akhirnya..” gumamku dalam hati, sedikit lega.
“Kamu ini, push up nggak mau… nggak terima. Katanya ‘Hukumannya nggak logis, Mbak…’. Terus sekarang maunya apa? Tuh temenmu yang tadi terlambat sekarang udah gabung sama teman-teman yang lain! Coba kamu nurut kayak dia!”
Benar juga, kini hanya aku yang sedang dalam proses eksekusi. Jelas saja, aku kan sudah sekitar setengah jam-an dibentak-bentak seperti itu.
“Kamu mau dihukum apa? Mau bersihin ruang Tatib kayak kemarin?” tanyanya kembali.
“Iya”.
“Nggaya banget… Kemarin aja nggak bersih…” ejek yang lain.
“Oke, kamu butuh berapa menit buat membersihkan ruangan kami??”
“Hah?” tanyaku kaget. Namun aku cepat-cepat berpikir dan menjawab, “Hm, tiga puluh menit..”
“Setengah jam? Oke.. Tapi kalau dalam waktu setengah jam nggak bersih, kami berhak menghukummu!!”
“Gimana?? Terima nggak?? Masih nggak terima, hah??!! Jawab!!!” hardiknya kembali.
“Hm..” lirihku.
“Yang tegas!!”
“Kok bisa!” protesku.
“Kok bisa… kok bisa… ya iyalah… kamu mintanya kan setengah jam. Kalau sampai nggak bersih berarti kamu bohong kan!! Jadi kami berhak memberikan hukuman lagi!” balasnya.
“Hukuman apa?” tanyaku.
“Suka-suka kita!!”
“Hm..” lirihku kembali.
“Terima nggak?!” ejeknya.
“Terima Mbak..” dengan berat hati kusanggupi perjanjian itu. Perjanjian yang sangat tidak masuk akal. Sebenarnya aku bisa saja menolak seperti sebelum-sebelumnya. Tapi aku sudah benar-benar capai. Aku lelah, benar-benar lelah. Aku sudah enggan berdebat yang tiada habis-habisnya dengan para Tatib.
“Yang tegas!!” hardiknya tidak sabar.
“Saya akan membersihkan ruang Tatib selama tiga puluh menit. Jika dalam tiga puluh menit saya tidak berhasil menyelesaikan pekerjaan saya, saya bersedia dihukum,” tegasku sambil mengangkat wajahku; dengan berat hati tentunya.
“Oke, aku pegang kata-katamu! Kalau sampai nggak bersih, kita berhak menghukum kamu!”
“Tapi hukumannya yang logis, Mbak..” ujarku dengan sisa-sisa kekuatan.
“Hah!! Itu lagi!! Udah!!” katanya sambil melotot.
“Oke, nanti kamu bersihin ruangan kita! Nggak usah kupanggil kayak kemarin, kamu harus datang sendiri ke ruangan kita!! Manja…” lanjutnya.
“Iya, Mbak…”
“Kupegang kata-katamu!” kata Tatib yang lain.
“Awas kamu!!” timpal yang lain.
“Sana cepat kamu gabung sama teman-teman yang lain!! Kamu udah ketinggalan tau!!”
“Cepat!! Jangan lelet!!” seru mereka mengusirku, sementara mereka mulai beranjak membubarkan diri.
“Sepertinya mereka juga capek, sama seperti aku..” pikirku sambil berlari menjauh dari para eksekutor.

Usai acara bentak-bentakan pagi tadi, aku semakin down. Udah capek, dibentak-bentak lagi!! Aku pun mengikuti acara OSPEK hari terakhir tanpa gairah sama sekali. Bahkan saat games dalam acara kepemanduan aku tidak ikut dan hanya jadi pengamat karena aku terlambat datang forum. Kenapa? Aku baru saja menghadap Dewan Pengawas, meminta mereka menemaniku ke ruang Tatib. Namun rupanya ruang Tatib masih kosong sehingga aku kembali lagi Rangerku.
Beberapa jam kemudian, baru aku kembali mengecek ke ruang Tatib bersama seorang DP (Dewan Pengawas) dan pemanduku. Di sana, sama seperti kemarin, aku diomelin terlebih dahulu oleh mbak-mbak Tatib, sebelum aku mulai menyapu. Selama menyapu pun aku tak merasa kesepian. Bagaimana tidak? Ruang tersebut tidak kosong seperti kemarin saat aku pertama datang. Kali ini aku tidak merasa kesepian. Bagaimana tidak? Banyak Tatib yang ‘menemani’ku, laki-laki maupun perempuan. Tak hanya itu, banyak peserta lain yang juga dihukum sepertiku. Belum lagi, teman-teman yang baru didatangkan oleh para Tatib untuk dipangkas rambutnya, termasuk kukenali di antara mereka salah seorang teman SMA. “Lho, Dwin?” tanyanya heran.

Tiga puluh menit pun berlalu. Waktuku telah habis. Hingga Mbak X memanggilku untuk menghadap. Lagi-lagi diomelin. Entah apa yang dia katakan, aku sudah lupa. Dan sepertinya dia juga menyadari bahwa aku tidak terlalu memperhatikan omelannya. Ia pun menyudahi dan menyuruhku untuk menjalani hukuman selanjutnya. Hukuman karena aku tidak menyelesaikan pekerjaanku menyapu ruangan.
“Kamu nggak pernah nyapu ya di rumah? Masa nyapu aja nggak bersih??” ejeknya.
Mendengar ejekan itu, sebenarnya aku ingin tertawa. Namun tidak kulakukan karena aku sudah benar-benar capek.
“Sekarang push up!” katanya kemudian.
Push up..?? Nggak masalah sih, lagipula tadi pagi aku sudah berjanji akan push up jika perekerjaanku tidak beres. Hal yang tidak masuk akal. Sebenarnya aku melakukan itu dengan terpaksa karena sebenarnya aku tau bahwa satu pelanggaran hanya akan dikenai satu sanksi. Sedangkan ini?? Ah tapi sudahlah, AKU CAPEK!!!

Hukuman selesai.

Hari itu kujalani tanpa semangat sama sekali. Dan sepertinya tak hanya aku saja yang mengalaminya. Teman-teman rangerku juga terlihat lesu, bete, dan tanpa gairah. Padahal ini adalah hari terakhir OSPEK yang seharusnya bisa kami jalani dengan senyum dan semangat.

Pukul 15.50 WIB, usai shalat Asyar adalah saat-saat yang ‘kunantikan’. Apakah itu? Nuclear Explosion!! Haha, saat-saat yang mendebarkan, saat-saat bertemu kembali dengan para Tatib. Dan empat puluh menit Nuclear Explosion seolah berlalu begitu saja, seolah bukan apa-apa bagiku yang sudah bosan dan suntuk. Hingga kemudian adalah acara permintaan maaf dari para Tatib yang sebenarnya……….(sensor-red). Dilanjutkan dengan acara penghargaan dan lain-lain.

Waktu shalat Maghrib pun tiba. Kali ini kami satu Teknik, dikumpulkan di halaman depan KPTU untuk melakukan shalat berjamaah. Selanjutnya, hadirlah Pak Fadly “Lilik” Reza yang sengaja datang ke Teknik untuk memberikan motivasi, sebelum acara nonton bareng film SPUTNIK 2007.

Adzan Isya’ sudah berlalu sejak tadi. Namun entah mengapa acara masih tetap dilanjutkan. “Kapan shalatnya??” tanyaku lirih sambil menangis dalam hati. Aku yang sedang kalut semakin kalut. Sekitar pukul setengah delapan, barulah kami ‘dipersilakan’ shalat Isya berjamaah.

Usai shalat Isya, iringan musik keras bertalu-talu memecahkan suasana malam itu. AKU TIDAK SUKA!! Teriakku dalam hati. Aku tidak tahu, sejak kapan aku tidak menyukai situasi seperti itu. Musik-musik itupun seolah membawa jiwaku terbang menjauh dariNya. Dentaman-dentaman kerasnya seolah musuh bagi nuraniku, imanku. Aku ingin menangis, Rabbi. Suasana malam yang gelap seolah tak mampu memberikan perlindungan. Aku takut Rabbi…

Dengan iringan backsound yang tak henti-hentinya, pemandu putriku mengajak teman-teman putri ARIANE untuk berkumpul sejenak sambil ‘menikmati’ malam itu. Sambil mencari-cari lokasi yang cocok untuk berkumpul bersepuluh, mataku tanpa sengaja menangkap sosok salah seorang teman priaku di antara kegelapan sedang menghisap sebatang rokok. Oh, Rabbi….

Malam ini, berakhirlah sudah rangkaian acara SPUTNIK yang melelahkan, yang tak hanya menguras fisik namun juga menyita hati dan pikiran. Yah, secara fisik aku memang lelah, namun kesibukan ini ternyata jauh menguras imanku. Aku ingin menangis… Yah, benar saja, air mataku yang telah tertahan selama beberapa hari ini tumpahlah sudah. Teman-teman perempuanku pun merasa keheranan melihatku yang tiba-tiba menangis. Namun sepertinya pemanduku mengerti apa yang sedang kualami. Dan dengan bahasa isyarat, beliau berusaha menenangkan kegundahan hatiku. Beliau berusaha memberikanku tausyiyah agar aku tetap tegar dengan semua ini. Ini belum seberapa.

Dan malam terakhir SPUTNIK pun kulalui dengan perasaan yang tidak menentu. Namun dengan ini aku pun menjadi sadar bahwa aku tak bisa diam saja di sini. Aku punya tugas yang berat di sini, sangat berat!! Namun inilah jalanku. Dan akulah yang telah memilihnya. Dengan niat yang tulus dan tekad yang kuat, insya Allah aku kan bisa melalui semua ini. Semangat!!!

----

Kini OSPEK 2008 (baca: INFANTRI 2008) sudah di depan mata. Akankah INFANTRI sama dengan SPUTNIK? Makin membaikkah? Ataukah semakin buruk? Dulu aku menjadi peserta OSPEK, kini giliranku menjadi panitia OSPEK mendatang. Akankah semua berjalan baik-baik saja? Semoga. Kita tunggu kelanjutannya!! Fight!
(Semoga Allah senantiasa melindungi kami, amin…)


14 Agustus 2008
Menjelang INFANTRI 2008

4 comments:

  1. oh dwinna..temen satu ranger-ku..maafkan aku kalo dulu aku lemot..hehe

    tapi ukhti....inilah lahan,,,inilah sunnah Allah,,,yang menjadi tawaran sangat indah bagi orang2 yang ingin mensucikan dirinya,,,ya anti dah tau itu...

    sama2 saling mendoakan ya....

    semoga hati2 ini senantiasa bersatu dalam naungan kasihNya...

    ReplyDelete
  2. mmmm...dwinnn arsi masih masuk teknik ya?
    ditempetku udah ga lagi. hehehe km berdiri sendiri. bukan teknik dan bukan seni, tapi ya arsitektur!

    hidup arsssiiiii...
    hahaha narsis abis y dwinn..

    maen2 ke blogku dong. tapi rada hancur ranah minah gituuu...

    oyaaa kamu kok g cerita soal kuliahmu disini?pengen denger euyyy..

    ReplyDelete
  3. walah dwinnaa.. .. parah amat ospek kampusmu!!!!
    hiii.. amit2 dahh.. hahahhahaha.. pisss ah dwin..

    tempatku mah.. enak bener.... palingan tugas hukuman suruh nulis essay atau nulis apalah... tugasnya berguna kan, buat ngelatih tugas2 kuliah besok yg banyak nulisnya... mana ada tuh hukuman push up, hukuman bersihin ruang tatib..

    mana ada ruang tatib mah.. gabung kali ama panitia lain.. haaha...

    selain itu ya namanya ospek isinya training, motivasi, dialog ma dosen, pokoke yang enak2 wes.. maemnya enak dibawah tenda berkipas angin..

    pewe dah...

    ospek yang memang layak untuk dipertahanin..
    contoh tuh ospek fakultasku,, logis, tidak membodoh2kan, cerdas, bermanfaat!!! hahahahah :))

    ReplyDelete
  4. @NoE
    hehe,,gpp kuk tapi kehadiran anti merupakan ssuatu yg sangat berarti bagiku,,ceilee...hehe,tp bner lho,,jadi semangat^;^
    yuP,ini memang jalan kita,,ini ujian bagi kita untuk melangkah k level selanjutnya,,pokoknya pantang menyerah deh!!!semangat ukh!!

    @raras
    iya ras,,klu d UGM tuh arsi masuk teknik,haha..gak cocok ya??ya dicocok2in aja deh..^;^

    @rHma
    halah,kowe ki malah pamer to piye sih..bukannya ndoain mlah ngetawain malah ngece2,,parah kamu ma,,hehe,,semangat!!

    ReplyDelete

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh...

(Puji syukur kehadirat Allah yang masih memberikan nikmat iman dan Islam pada diri ini..)

Selamat datang di blogku yang mungkin hanya berisi secuil pemikiran dan ungkapan isi hati...

Sungguh, kebenaran datangnya hanya dari Allah. Adapun kesalahan datangnya murni dari diri ini. Untuk itu mohon masukan, kritik, dan sarannya serta mohon dimaafkan atas segala kesalahan. Terima kasih. Selamat menikmati. Semoga bermanfaat dan membawa berkah. Amin

(Mulakanlah dengan membaca Basmalah.... dan akhirilah dengan Hamdalah..)