Monday, January 21, 2013

Antara Banjir dan Korupsi



Hot issue saat ini adalah banjir memalukan yang merendam sebagian besar wilayah ibukota suatu negara, yaitu Jakarta. Ibukota Negara Indonesia. Hm ibukota kan seharusnya jadi ikon positif suatu negara. Tapi kok.

            Nah, terkait dengan itu, pagi ini aku menemukan sesuatu yang menarik di Koran Republika edisi Senin, 21 Januari 2013. Pada kolom rehat ada tulisan begini :

“Pakar : Banjir lebih karena habit
Khususnya, habit korupsi, ya”

Kalo dipikir-pikir, emang bener sih. Habit korupsi emang membawa bencana. Bencana yang merembet dari satu masalah ke masalah yang lain-lain.

Gara-gara sibuk korupsi alias makan uang negara, para koruptor lupa dengan tugas mereka yang sebenarnya. Para pejabat sibuk nimbun kekayaan, para pengusaha sibuk nyuap sana sini. Rakyat? Sengsara dan terabaikan.

Gara-gara korupsi, pemerintah gak ada waktu buat mengedukasi masyarakat tentang bahaya membuang sampah di sungai. Masyarakat taunya sungai itu tempat buang sampah. Jadi, kalau sampai terjadi banjir itu salah pemerintah soalnya pemerintah nggak rajin membersihkan sungai yang dipenuhi sampah. Nah lho….

Gara-gara korupsi, masyarakat kehilangan haknya untuk menerima edukasi tentang upaya-upaya pencegahan banjir. Salah satunya tentang tata cara membuang sampah yang benar serta pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan tidak akan muncul kalau ilmunya saja mereka tidak punya. Iya nggak? Apalagi rakyat yang sudah terlanjur miskin gara-gara uang yang seharusnya menjadi hak mereka malah dikorupsi pemerintah, mana mau mereka sibuk-sibuk memikirkan urgensi menjaga lingkungan. Mikirin perut aja udah susah setengah mati. Masih ada uang buat makan hari ini nggak ya? Anak dan istriku mau dikasi makan apa? Mau tidur di mana malam ini?

Gara-gara korupsi, dana yang seharusnya buat pembangunan infrastruktur seperti drainase menjadi berkurang. Alhasil infrastruktur yang ada dibangun asal-asalan, dengan duit sisa yang nggak kena korupsi. Gimana kualitasnya mau bagus kalau duit yang available cuma segitu? Drainase buruk, banjir pun datang.

Gara-gara korupsi, pemerintah nggak sempet mikirin tata kota yang baik. Tata kota yang menyeimbangkan antara pembangunan dan nature. Manusia terlalu rakus sehingga mereka tak segan-segan merusak alam. Alam dirusak, alam pun murka. Bencana muncul dimana-mana, silih berganti. Manusia lupa bahwa mereka sesungguhnya punya tugas untuk menjaga alam keseimbangan alam. Ruang-ruang hijau yang memadai, drainase yang baik, kebersihan lingkungan yang terjaga yang tidak terkotori oleh sampah-sampah, dan lain-lain.

So, memang bener kan, ada korelasi antara banjir dengan korupsi. Beneran nggak bohong kalau yang namanya korupsi itu dosanya berlipat-lipat. Karena kerugian yang disebabkan oleh korupsi itu beranak pinak, mengakar kemana-mana. Kan cuma ke masalah banjir tapi juga masalah pendidikan, olahraga, infrastruktur, dan lain-lain.

Jadi, kapan masalah korupsi di negeriku ini akan berakhir? Pun kapan masalah banjir ini akan selesai? Hanya Allah yang tahu. Tugas kita hanyalah berdoa dan berusaha semampu kita untuk beramal sebaik yang kita bisa. I love Indonesia.


Yogyakarta, January 21, 2013
Meina Fathimah

No comments:

Post a Comment

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh...

(Puji syukur kehadirat Allah yang masih memberikan nikmat iman dan Islam pada diri ini..)

Selamat datang di blogku yang mungkin hanya berisi secuil pemikiran dan ungkapan isi hati...

Sungguh, kebenaran datangnya hanya dari Allah. Adapun kesalahan datangnya murni dari diri ini. Untuk itu mohon masukan, kritik, dan sarannya serta mohon dimaafkan atas segala kesalahan. Terima kasih. Selamat menikmati. Semoga bermanfaat dan membawa berkah. Amin

(Mulakanlah dengan membaca Basmalah.... dan akhirilah dengan Hamdalah..)