Hot
issue saat ini adalah banjir “memalukan” yang merendam sebagian besar
wilayah ibukota suatu negara, yaitu Jakarta. Ibukota Negara Indonesia. Hm… ibukota kan seharusnya
jadi ikon positif suatu negara. Tapi kok….
Nah, terkait
dengan itu, pagi ini aku menemukan sesuatu yang menarik di Koran Republika
edisi Senin, 21 Januari 2013. Pada kolom rehat ada tulisan begini :
“Pakar
: Banjir lebih karena habit
Khususnya, habit korupsi, ya”
Kalo dipikir-pikir, emang bener sih. Habit korupsi emang membawa bencana. Bencana
yang merembet dari satu masalah ke masalah yang lain-lain.
Gara-gara sibuk korupsi alias
makan uang negara, para koruptor lupa dengan tugas mereka yang sebenarnya. Para
pejabat sibuk nimbun kekayaan, para pengusaha sibuk nyuap sana sini. Rakyat?
Sengsara dan terabaikan.
Gara-gara korupsi, pemerintah gak
ada waktu buat mengedukasi masyarakat tentang bahaya membuang sampah di sungai.
Masyarakat taunya sungai itu tempat buang sampah. Jadi, kalau sampai terjadi
banjir itu salah pemerintah soalnya pemerintah nggak rajin membersihkan sungai
yang dipenuhi sampah. Nah lho….
Gara-gara korupsi, masyarakat
kehilangan haknya untuk menerima edukasi tentang upaya-upaya pencegahan banjir.
Salah satunya tentang tata cara membuang sampah yang benar serta pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan. Kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan
lingkungan tidak akan muncul kalau ilmunya saja mereka tidak punya. Iya nggak?
Apalagi rakyat yang sudah terlanjur miskin gara-gara uang yang seharusnya menjadi
hak mereka malah dikorupsi pemerintah, mana mau mereka sibuk-sibuk memikirkan
urgensi menjaga lingkungan. Mikirin perut aja udah susah setengah mati. Masih ada uang buat makan hari ini nggak ya?
Anak dan istriku mau dikasi makan apa? Mau tidur di mana malam ini?
Gara-gara korupsi, dana yang
seharusnya buat pembangunan infrastruktur seperti drainase menjadi berkurang.
Alhasil infrastruktur yang ada dibangun asal-asalan, dengan duit sisa yang
nggak kena korupsi. Gimana kualitasnya mau bagus kalau duit yang available cuma segitu? Drainase buruk,
banjir pun datang.
Gara-gara korupsi, pemerintah
nggak sempet mikirin tata kota yang baik. Tata kota yang menyeimbangkan antara
pembangunan dan nature. Manusia
terlalu rakus sehingga mereka tak segan-segan merusak alam. Alam dirusak, alam
pun murka. Bencana muncul dimana-mana, silih berganti. Manusia lupa bahwa
mereka sesungguhnya punya tugas untuk menjaga alam keseimbangan alam.
Ruang-ruang hijau yang memadai, drainase yang baik, kebersihan lingkungan yang
terjaga yang tidak terkotori oleh sampah-sampah, dan lain-lain.
So,
memang bener kan, ada korelasi antara banjir dengan korupsi. Beneran nggak
bohong kalau yang namanya korupsi itu dosanya berlipat-lipat. Karena kerugian
yang disebabkan oleh korupsi itu beranak pinak, mengakar kemana-mana. Kan cuma
ke masalah banjir tapi juga masalah pendidikan, olahraga, infrastruktur, dan
lain-lain.
Jadi,
kapan masalah korupsi di negeriku ini akan berakhir? Pun kapan masalah banjir
ini akan selesai? Hanya Allah yang tahu. Tugas kita hanyalah berdoa dan
berusaha semampu kita untuk beramal sebaik yang kita bisa. I love Indonesia.
Yogyakarta,
January 21, 2013
Meina
Fathimah
No comments:
Post a Comment