Ilahi lastu lilfirdausi ahla,
Walaa aqwa ‘ala naaril jahiimi
Fahabli taubatan waghfir dzunubi,
Fainaka ghafirudz dzanbil azhimi…
Dzunubi mitslu a’daadir rimali,
Fahabli taubatan ya Dzal Jalaali,
Wa ’umri naqishu fi kulli yaumi,
Wa dzanbi zaaidun kaifa –htimali
Ilahi ‘abdukal ‘aashi ataak,
Muqirran bi dzunubi wa qad da’aaka
Fain taghfir fa anta lidzaka ahlun,
Wain tadrud faman narju siwaaka
Wahai Tuhanku.. aku sebetulnya tak layak masuk surgaMU,
Tapi… aku juga tak sanggup menahan amuk nerakaMu,
Karena itu mohon terima taubatku ampunkan dosaku,
Sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun dosa-dosa besar
Dosa-dosaku bagaikan bilangan butir pasir
Maka berilah ampunkan oh Tuhanku yang Maha Agung
Setiap hari umurku terus berkurang
Sedangkan dosaku terus menggunung,
Bagaimana aku menanggungkannya
Wahai Tuhan, hamba-Mu yang pendosa ini datang bersimpuh ke hadapanMU
Mengakui segala dosaku
Mengadu dan memohon kepadaMu
Kalau Engkau ampuni itu karena
Engkau sajalah yang bisa mengampuni
tapi kalau Engkau tolak, kepada siapa lagi kami mohon ampun selain kepadaMu?
(dikutip dari novel Negeri 5 Menara – A. Fuadi)
---
Siapa sih yang belum pernah mendengar syair di atas? Syair dari seorang Abu Nawas yang sudah cukup terkenal dan akrab di telinga kita. Bagiku syair itu sangat mengena di hati. Setiap kali mendendangkan syair itu, hati ini terenyuh, takut, resah..
Wahai Tuhanku.. aku sebetulnya tak layak masuk surgaMU.. Tapi… aku juga tak sanggup menahan amuk nerakaMu.. Kalimat ini menyadarkan betapa inginnya kita masuk surga. Namun kita sesungguhnya sadar bahwa dengan segala track record amal di dunia belumlah cukup untuk membawa kita memasuki surgaNya. Bahkan bisa jadi amalan-amalan kita justru menjadikan kita lebih layak untuk masuk neraka (na’udzubillah min dzalik). Walau bagaimanapun kita tidak kuasa dan tidak mau menjadi penghuni neraka..
Karena itu mohon terima taubatku ampunkan dosaku.. Sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun dosa-dosa besar.. Dosa-dosaku bagaikan bilangan butir pasir.. Maka berilah ampunkan oh Tuhanku yang Maha Agung.. Menyadari betapa banyaknya dosa yang telah kita lakukan, hanya taubat dan permohonan ampun dari Allah lah yang bisa menyelamatkan kita dari amuk neraka. Karena hanya dengan kemurahan Allah lah kita dapat selamat. Hanya Allah lah yang dapat mengampuni semua dosa-dosa yang sudah tak mampu terhitung lagi banyaknya, bagaikan jutaan bilangan butiran pasir.
Setiap hari umurku terus berkurang.. Sedangkan dosaku terus menggunung.. Bagaimana aku menanggungkannya.. Kita begitu takut dengan umur kita yang terus berkurang, sementara dosa tak henti-hentinya kita perbuat. Lalu bagaimanakah kita dapat menebusnya? Akankah dosa-dosa itu terus bertambah dan menghantui kita hingga akhir usia? Masya Allah.. Na’udzubillah min dzalik..
Wahai Tuhan, hamba-Mu yang pendosa ini datang bersimpuh ke hadapanMU.. Mengakui segala dosaku.. Mengadu dan memohon kepadaMu.. Menyadari bahwa hanya Allah lah yang bisa membantu kita, maka diri ini bersimpuh di hadapanNya memohon pengampunan dariNya. Berpasrah di hadapanNya, menangis, mengakui segala dosa yang telah kita perbuat. Mengadukan segala kegundahan ini dan memohon belas kasihan dariNya.. Hanya Allah lah yang mampu menyelamatkan kita..
Kalau Engkau ampuni itu karena.. Engkau sajalah yang bisa mengampuni.. tapi kalau Engkau tolak, kepada siapa lagi kami mohon ampun selain kepadaMu? Kita memohonkan ampun atas dosa-dosa ini hanya kepada Allah. Karena tidak ada dan tidak mungkin ada dzat lain yang mampu menyelamatkan kita dari dosa-dosa ini. Maka dengan penuh kesungguhan dan harap, kita mohonkan Allah menerima taubat kita dan mengampuni dosa-dosa ini. Namun jika Allah enggan mengampuni kita, kepada siapa lagi kita akan mengadu? Kepada siapa lagi kita akan mohon pengampunan? Tidak ada.
Semoga Allah masih memberikan kemurahanNya dan senantiasa memberikan pengampunan atas segala dosa dan kelalaian kita. Semoga dengan sisa umur yang diberikanNya kita dapat menebus dosa-dosa yang pernah kita perbuat. Aamiin..
Juli 2011
Dua hari menuju bulan penuh berkah..
Meyna Fathimah
No comments:
Post a Comment