Tuesday, January 29, 2013

Tsubasa o Kudasai (Give Me Wings)



ima watashi no negaigoto ga
kanau naraba tsubasa ga hoshii
kono senaka ni tori no you ni
shiroi tsubasa tsukete kudasai

kono oozora ni tsubasa wo hiroge
tonde yukitai yo
kanashimi no nai jiyuu na sora e
tsubasa hatamekase
yukitai

kodomo no toki yume mita koto
ima mo onaji yume ni miteiru

kono oozora ni tsubasa wo hiroge
tonde yukitai yo
kanashimi no nai jiyuu na sora e
tsubasa hatamekase
yukitai

kono oozora ni tsubasa wo hiroge
tonde yukitai yo
kanashimi no nai jiyuu na sora e
tsubasa hatamekase
yukitai


Ada yang pernah tau tulisan di atas? Itu lirik lagu lho. Kalau temen-temen penggemar film-film Jepang, setidaknya mungkin pernah denger lagu itu. Lagu itu berjudul Tsubasa o Kudasai atau dalam bahasa Inggrisnya diartikan Give Me Wings.

Pertama kali aku denger lagu itu adalah di film Jdrama Orthros No Inu. Kesan pertama kali denger, lagunya bagus dan enak didenger. Lalu di lain kesempatan aku kembali mendengarnya di salah satu episode film Jdrama Great Teacher Onizuka 2012 dan Boku to Star no 99 Nichi. Lagu itu pun jadi insert song di film anime K-ON. Hal ini membuatku penasaran untuk mencari tau lebih lanjut tentang lagu itu.

Setelah beberapa usaha pencarian, akhirnya aku tau. Sesuai dugaan, lagu itu memang cukup populer di negara Jepang sana. Dari beberapa sumber yang kubaca, lagu itu dimasukkan ke dalam buku teks pelajaran kesenian dan tentunya sering dinyanyikan kelompok paduan suara sekolah. Jadi nggak heran kalau lagu ini begitu populer di semua kalangan, tua ataupun muda. Denger-denger juga nih, lagu itu juga pernah dinyanyikan dalam pertandingan untuk mendukung sepak bola Jepang, lho.

Oh iya guys, lagu itu nggak cuma iramanya aja yang enak didenger, tapi juga liriknya. Coba perhatikan deh versi bahasa Inggrisnya.


If I can get one wish
To come true right now, I want a pair of wings
Please grant me  white wings
On my back  like a bird

In this huge sky  I wanna
Spread my wings  and fly
Towards the free sky without any sadness
I wanna flap my wings
And go

I still dream of  those things
That I've dreamed about  when I was little

In this huge sky  I wanna
Spread my wings  and fly
Towards the free sky  without any sadness
I wanna flap my wings
And go

In this huge sky  I wanna
Spread my wings  and fly
Towards the free sky  without any sadness
I wanna flap my wings
And go


Bagus kan? Lirik lagunya sederhana tapi memiliki makna yang dalam, khas banget dengan karakternya orang Jepang. Ada beberapa makna tersirat yang bisa kutangkap dari lagu itu, diantaranya :

1.      Hope and dream. Dari ketiga Jdrama yang kusebutkan di awal, scene dimana lagu itu diperdengarkan semuanya memiliki kesamaan, yaitu berbicara tentang mimpi dan harapan (yume to kibou). Harapan untuk bertahan hidup, harapan untuk sembuh dari sakit, harapan untuk menggapai mimpi-mimpi, harapan untuk meraih kebahagiaan.

2.      Never give up. Untuk itu diperlukan tekad dan keinginan yang kuat untuk mewujudkan mimpi. Semangat pantang menyerah, tak surut oleh besarnya penghalang dalam pencapaian mimpi.
“Berikan aku sayap (kekuatan) untuk menggapai langit (mimpi-mimpiku).”
Karena harapan adalah sumber kekuatan.

3.      Freedom. Kemerdekaan. Atau dengan kata lain bebas dari penderitaan dan kesedihan.
“Aku ingin mengepakkan sayapku dan terbang menuju langit yang bebas tanpa kesedihan.”
Kondisi yang tentunya tercapai setelah berhasil melewati rintangan. Rasa yang tercipta usai mencapai goal, mimpi yang jadi kenyataan. Siapa sih yang nggak ngerasa puas dan senang setelah meraih keberhasilan? Sesuai kata pepatah Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersusah payah dahulu, bersenang-senang kemudian.


Jadi, nggak ada salahnya kan memperjuangkan mimpi? Ya, di saat satu persatu teman-temanku akhirnya lebih memilih untuk meniti jalan hidup yang tak lagi sama denganku, aku akan tetap bertahan dengan mimpiku. Aku tak peduli meski aku harus berjuang sendiri. Aku tak peduli meski telah cukup lama waktu kulalui hanya demi mewujudkannya. Aku bahkan tak peduli andai ada pandangan kasihan ataupun cemooh tertuju padaku. Ini adalah hidupku, bukan hidup mereka ataupun orang lain. Hanya akulah yang bisa menjadikannya nyata dengan segenap usahaku, dan tentunya atas izin dari Allah.

Dream is not a small matter. Youre still alive because you dream. Finally, Dont ever give up your dream to find your own happiness!
And lets dream!


Morning hope in January 29, 2013
Meina Fathimah
~I wont give up! Nihon matte ne!~


Thursday, January 24, 2013

Refleksi Maulid Nabi : Antara Aktivis Dakwah dan Keteladanan



Tadi pagi bada Subuh aku habis ndengerin kajian di MQfm yang disampaikan oleh Aa Gym. Bertepatan dengan momentum Maulid Nabi, tema yang diangkat adalah tentang riwayat serta tentunya keteladanan dari Nabiyullah Muhammad saw. Siapa sih yang meragukan bahwa beliau adalah teladan terbaik (uswatun hasanah) sepanjang zaman? Nah dari kajian tersebut ada beberapa hal menarik yang kutangkap.

Pertama, dalam kajiannya, Aa Gym menyampaikan bahwa sebelum diangkat menjadi Nabi, Muhammad telah terlebih dahulu mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Beliau telah menjadi kesenangan masyarakat akan baiknya budi pekerti dan kesantunan beliau. Dari situ aku jadi teringat sesuatu, yaitu antara aktivis dakwah dan keteladanan. Nggak sedikit dari mereka yang menurut pandanganku keburu bangga duluan dengan titel atau label yang disandangnya sebagai aktivis dakwah. Takabur, lalu melupakan dasar-dasar tentang akhlak.

Berdakwah sana sini eh tapi lupa untuk bersikap santun, baik dalam bertutur kata maupun bertingkah laku. Ketawa ngakak keras-keras (iya sih di hadapan sesama akhwat atau sesama ikhwan, tapi kan sama aja). Belum lagi konten pembicaraan yang nggak penting alias gosip dengan berdalih mencari solusi, padahal niatnya cuma pengen bikin topik bicara asyik-asyikan.

Masalah-masalah ini agaknya sedikit terabaikan oleh kesibukan sebagai aktivis dakwah. Menganggap ini bukan masalah yang terlalu penting dibandingkan dengan urusan mendakwahi orang seperti masalah jilbab, say no to pacaran, aksi turun ke jalan, politik, kenegaraan, khilafah, dll. Nggak salah memang, tapi bukan berarti melupakan urusan mendakwahi diri sendiri kan? Inget, mendakwahi diri sendiri itu nggak cuma masalah ibadah, tapi juga akhlak.

Terkait akhlak, mungkin ada yang protes begini.

Lha ini udah sifatku begini je. Eits, bad habbits itu bisa dirubah lho. Umar bin Khattab yang keras aja bisa berubah menjadi santun dan lembut setelah berislam. Sifat keras beliau masih ada, hanya saja ditempatkan pada situasi yang tepat saja.

Masa nggak boleh blak-blakan? Eh, siapa bilang blak-blakan nggak boleh? Blak-blakan itu malah bagus menurutku, dalam beberapa hal tertentu tapinya, dan perlu diperhatikan pula adab penyampaiannya.

Aku juga sering denger seorang yang berlabel aktivis dakwah tapi mendapat cap negatif di mata orang lain karena perilaku buruknya.

Aktivis dakwah kok rakus sih?

Ih itu jilbab gedhe tapi naik motor nggak aturan, udah kebut-kebutan, nyelonong gitu aja. Membahayakan orang lain banget. Kasus ini cukup banyak kurasa. Belum lagi cibiran-cibiran seperti : aktivis dakwah kok melanggar peraturan lalu lintas, aktivis dakwah kok jorok, aktivis dakwah kok buang sampah sembarangan, dan lain-lain.

Atau bisa jadi ada yang sampe ekstrem seperti cerita berikut ini.

Dek, tadi temenmu, si Sri dateng ke rumah pas kamu lagi pergi. Eh eh, dia itu aktivis dakwah ya? Tapi kok nggak tahu sopan santun sih, nggak tahu tata krama banget. Masa tadi udah ngebelnya lebih dari tiga kali, masih aja ngotot. Kakak waktu itu lagi sholat, jadi nggak konsen deh. Abis kakak bukain, dia kakak suruh duduk, soalnya dia bilang mau nunggu kamu pulang gitu. Yaudah kakak ajakin ngobrol biar dia nggak bosen. Eh tapi lama-lama kakak jadi males, lha setiap kali kakak nanya sesuatu kok kesannya dijawab sekenanya gitu. Nggak ramah banget, mana nggak pake senyum sama sekali. Trus lagi, makanan setoples yang kakak suguhin ludes. Padahal ada banyak lho. Ya nggak papa sih sebenernya, tapi kok kesannya rakus banget. (Cerita ini mungkin terlalu berlebihan, tapi bisa aja kan terjadi?)

Kedua, Aa Gym menyampaikan setidaknya sebagai seorang pemimpin (aktivis dakwah juga pemimpin kan?) harus berkiblat juga pada empat sifat yang dimiliki oleh Rasulullah saw. Sidiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan), dan fathonah (cerdas).

Sidiq sih iya, boleh lah. Fathonah? Nggak sedikit kok aktivis yang punya IPK bagus, Kalaupun IPK-nya sedang, pengetahuan umum nggak ketinggalan, plus capable deh. So, nggak masalah deh. Tabligh? Jelaslah nggak diraguin, wong hobinya ngisi pengajian, mentoring, liqo di sana sini. Tapi kalo amanah? Hm, belum tentu. Berdakwah sana sini sih, tapi kok omongannya atau janjinya kurang bisa dipegang.

Misalnya pas ditagih kerjaan : Aduh belum selesai nih, minggu depan ya?

Pas minggu depannya ditagih lagi : Aduh ane pekan kemarin ternyata banyak kerjaan. Lusa pagi deh.

Pas lusa siang ditanyain lagi : Iya udah hampir selesai ntar malem aja deh ya! PHP bener dah, obral harapan palsu.

Terkait amanah, ada juga yang nggak bisa jaga rahasia. Udah kayak ember gitu, bocor sana bocor sini (meskipun ada juga yang nggak sengaja sih). Belum lagi urusan pinjam meminjam barang, suka melupakan amanah. Yang pinjem sesuatu tapi nggak balik-balik lah, nggak kotor lah, yang rusak lah.

Dan masih terkait amanah, yaitu : ke-ONTIME-an. Masalah disiplin waktu. It really got my nerve! Ini nih masalah yang bikin irritating banget, karena ini nggak cuma dilakukan segelintir aktivis dakwah, tapi sebagian besar yang kutemui ya begitu itu. Setelah datang terlambat dikiranya cukup dengan bermodalkan afwan, meng-excuse diri atas nama ukhuwah, lalu masalah selesai? Tidak!

Taruhlah pas lagi pengajian dia sering ngajarin jamaah atau binaannya untuk tidak menzalimi orang, eh tapi kok dianya sendiri sering zalim sama orang? Nggak terhitung deh janjian yang terbengkalai karena kengaretannya. Bagi dia, masalah ngaret mungkin sepele, tapi bisa jadi tidak bagi orang lain. Ini bukan hal sepele, its really a very big deal! Ngaret berarti telah merampas waktu orang lain. Di saat seharusnya orang lain bisa melakukan agenda yang lain, malah harus menunggu dengan sabar si tukang ngaret yang entah bakalan dateng berapa jam kemudian, atau bahkan tiba-tiba batal dateng. Heran, apa sih yang sebenarnya orang-orang hobi ngaret ini pikirkan? Ini bukan perkara sepele bung! Selain emang ini perbuatan zalim, jelas-jelas ini juga merusak citra aktivis dakwah.

---

Kenapa sih jadi aktivis dakwah harus banyak tuntunan akhlak? Perlu kita ingat, bukankah para aktivis dakwah itu setidaknya punya kapasitas lebih dalam berislam dibandingkan orang-orang pada umumnya? Mereka adalah orang-orang yang secara sadar berusaha berislam secara kaffah dan mencontoh keteladanan nabi. Dan bukannya akhlak juga bagian dari itu?

Sebagai aktivis dakwah, banyaknya tuntutan yang kita terima dari orang lain itu memang sudah sewajarnya. Mereka mengkritik karena berharap aktivis dakwah dapat menjadi teladan bagi mereka. Mereka sayang sama kita, berharap aktivis dakwah nggak tercoreng citranya. So, harusnya kita berterima kasih donk dapet kritikan seperti itu. masih banyak yang peduli dengan kita. Adanya kritikan-kritikan itu akan memacu kita untuk menjadi lebih baik. Maka berbesarhatilah ketika dikritik, dan berjanjilah pada diri sendiri untuk memperbaikinya. Bukannya malah masa bodoh atau tutup kuping.

Biar begitu, aktivis dakwah memang hanyalah manusia biasa. Manusia biasa tempatnya salah dan lupa. Manusia biasa yang masih dalam tahap belajar. Tapi kapan mau menjadi baik kalau tak ada usaha atau kemauan untuk berubah baik mulai dari sekarang? Mau sampai kapan ketawa ngakak nggak keruan? Mau sampai kapan mau dicap sebagai tukang ngaret? Mau sampai kapan dicap sebagai orang yang nggak amanah? Yuk kita ubah image itu mulai dari sekarang, berbenah diri menjadi lebih baik J


Yogyakarta, January 24, 2013
Meina Fathimah
~in my self-reflection~

Tuesday, January 22, 2013

Burung Apakah Ini?




Apa ada yang tau ini burung apa? Tadi pagi burung itu tiba-tiba masuk ke dalam rumah. Jarang-jarang aku liat ada burung kayak gini. Warnanya biru, cantik. Biasanya burung yang aku liat di sekitar rumah warnanya berkisar antara item, coklat, belang item-coklat. Putih aja jarang. Nah, kedatangan si tamu bertubuh biru mungil yang cantik ini cukup menarik perhatian. Tapi di balik kecantikan warnanya, si burung ini ternyata nggak manis banget pas terbang. Masa terbangnya sambil nabrak-nabrakin benda-benda di sekitarnya? Haduh.

Oiya basa-basi memuji si burungnya udahan deh. Intinya setelah si burung masuk ke dalam rumah, aku panik. Gimana caranya ngusir burung itu keluar rumah? Kalau buat beberapa orang, mungkin its not a big deal. Tapi its a big deal for me and my family. Kebetulan sebagian besar keluargaku nggak terlalu akrab dengan binatang. Dengan kata lain, terganggu dengan adanya binatang masuk rumah. Atau bentuk halus dari pernyataan takut binatang. Haha

Pagi itu, cuma ada aku dan satu orang adikku di rumah. The first witness-nya tuh aku. Begitu nyadar ada burung masuk, aku langsung masuk ke kamar. Sambil memutar otak, aku kirim SMS ke adikku yang lagi ada di kamarnya.

Ada burung masuk, piye ki?

Setelah menerima SMS-ku, si adik langsung ke luar kamar. Aku pun bergabung dengannya. Sekali lagi kami harus bekerja sama mengeluarkan binatang tak diundang itu ke luar rumah. (Sekitar seminggu sebelumnya kami juga berkolaborasi mengusir binatang lain. Tapi belum aku tulis di blog sih. Besok deh insya Allah, menyusul yak!) Nah, kami melakukan segala yang kami bisa. Pertama, menutup semua pintu kamar dan ruangan, biar jangan sampai burungnya malah masuk kamar, ntar bakalan lebih susah ngeluarinnya. Oke, lalu langkah selanjutnya apa ya? Sambil tetap siaga di living room, kami terus menutar otak.

Udah diemin aja, nanti juga bakal keluar sendiri, komentar adikku.

Iya sih, tapi kapan? Kelamaan…” jawabku sambil curi-curi kesempatan untuk mengabadikan si burung itu dalam sebuah foto. Posisi si burung sedang ada di ruangan belakang.

Aha! Sepertinya adikku berpikiran sama dengan apa yang sedang aku pikirkan. Dia segera menuju halaman belakang, dan mencoba membuka pintu dari arah luar. Yes, pintu sudah terbuka. Posisi si burung saat itu cukup dengan pintu tersebut. So, dalam perkiraan kami, si burung pasti akan cepat keluar kalau pintu itu dibuka. Sekarang tinggal menunggu waktu.

Dugaan kami benar. Nggak lama kemudian burungnya terbang meninggalkan rumah kami Alhamdulillah, rumahku kembali damai. ^^v


Yogyakarta, January 22, 2013
Meina Fathimah
~an intermezzo story~

When A Stranger Calls



When A Stranger Calls. Itu judul film yang aku tonton semalem di televisi. Tadi malem emang sengaja mengagendakan nonton film itu, setelah ngeliat iklannya beberapa hari yang lalu. Maklum, penggemar film suspense and thriller. Tapi berhubung tu film kayaknya serem dan bikin deg-degan banget, makanya kuajakin adikku nemenin. Hehe.

Film itu bercerita tentang seorang anak SMA bernama Jill yang bekerja sambilan sebagai penjaga anak. Jill itu nama cewek lho Nah kali ini Jill disewa untuk menjaga anak-anak pasangan suami istri Mandrakis, dokter yang kaya raya. Rumahnya supeeerr!! Nggak cuma besar, tapi arsitekturnya juga keren. Gaya arsitektur modern dan smart building. Buat kamu yang nggak tau apa itu smart building, sesuai namanya, itu adalah rumah pintar. Lampunya bisa nyala-mati otomatis, adanya sistem keamanan yang canggih, dan lain-lain. Tapi, lokasi rumah tempat Jill bekerja jauh dari perkotaan, suburb. Rumah besar itu berdiri di tepi danau, dikelilingi air dan hutan. Padahal sebagian ekterior bangunannya pake kaca besar-besar. Serem gak tuh?  Kalau aku sih nggak mau disuruh tinggal di tempat kayak gitu, sebagus apapun rumahnya.

Ceritanya, malam itu pasangan Mandrakis ada acara sampe tengah malam. Jadi si Jill dimintain tolong jagain anak-anak sampe mereka pulang. Tapi sih menurutku bukan jagain anak-anak, lha wong sepanjang film anak-anaknya tidur mulu. So, mungkin lebih tepat sebagai penjaga rumah, wkwk. Jadilah si Jill jagain anak dan rumah itu sendirian. Sebenernya nggak sendirian sih, ada satu lagi pembantu di rumah itu yang kadang dateng kadang pulang, namanya Rosa. Tapi kocaknya, saking besarnya itu rumah, Jill sampe nggak bisa mastiin apa Rosa ada di rumah atau udah pulang.

Ketegangan dimulai saat ada unknown caller mulai mengganggu Jill. Tiap beberapa menit sekali, si penelepon tanpa identitas itu terus menelepon ke kediaman Mandrakis. Teror terus berlanjut sampe akhir cerita. Mau tau kelanjutannya? Silakan tonton sendiri deh! Yang jelas, si penelepon misterius itu akhirnya berhasil masuk ke dalam rumah.

---

Seperti yang aku ceritain di awal, rumah kediaman Mandrakis dilengkapi dengan sistem keamanan yang canggih. Jadi gimana cerita ada orang luar bisa menyusup ke dalam rumah? Nah itulah yang sebenernya mau aku bahas.

Dari film itu ada beberapa hikmah yang bisa kita ambil. Pertama, sistem keamanan tercanggih sekalipun adalah buatan manusia. Bukan mustahil jika ada manusia lain yang berhasil membobol sistem tersebut. Tak ada sistem keamanan yang bisa bener-bener menjamin keamanan kita. Tapi lain halnya jika itu sistem keamanan dari Allah, atau dengan kata lain perlindungan dari Sang Pencipta. Kalau sistem keamanan yang ini, yakin deh 100% nggak ada yang bisa membobol. Nah terus gimana donk caranya menginstal sistem keamanan dari Allah? Gampang kok. Cukup senantiasa mendekatkan hati ini kepada-Nya. Kalau kode keamananannya apa? Zikir sepanjang waktu. Dengan zikir, berarti kita menyerahkan sepenuhnya keamanan kita pada perlindungan-Nya.

“Katakanlah ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa. Hanya Allah-lah Dzat yang seluruh makhluk bergantung kepada-Nya. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada satu pun yang menyamai-Nya’.”
(QS. Al Ikhlas : 1-4)

“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhannya manusia. Yang merajai seluruh manusia. Ilah (sembahan) manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (keburukan) ke dalam dada manusia, dari golongan jin dan manusia’.”
(QS. An Naas : 1-6)

Kedua, tidak diragukan lagi betapa bahayanya malam. Tidak bisa dipungkiri, banyak kejahatan bermunculan di malam hari. So, nggak salah jika orang bilang, “Nggak baik bagi wanita keluar malam, apalagi sendirian.” Keluarnya wanita (apalagi sendirian) pada malam hari itu sama aja mengundang bahaya.
Sebenarnya, ada apa dengan malam hari? Apa yang menyebabkan malam begitu berbahaya? Bahasan tentang kejahatan malam mungkin bisa dikaji lebih lanjut di kesempatan lain. Yang jelas, kita semua pastinya sudah sepakat dengan bahaya-bahaya yang bermunculan di malam hari. Lalu, di saat begitu banyaknya kejahatan malam mengintai kita, apa yang bisa kita lakukan? Jawabannya adalah pasrah. Pasrahkan keamanan kita pada Allah. Tapi tentunya nggak bisa pasrah begitu aja. Setelah mengusahakan keamanan yang terbaik, baru deh boleh kita pasrahkan sama Allah. Zikir nggak boleh ketinggalan.

“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Rabb yang memiliki Subuh, dari kejahatan apa (makhluk) yang telah diciptakan-Nya, dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang mengembus pada ikatan, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki’.”
(QS. Al Falaq : 1-5)

Ketiga, masuknya penjahat ke dalam rumah di film tersebut bisa jadi terjadi karena kelalaian manusia. Entah lupa mengunci pintu, lupa mengaktifkan sistem keamanan, ataupun yang lainnya. Hal itu wajar saja terjadi, kan manusia itu tempatnya salah dan lupa. Tapi yang jelas, kalau Allah tidak akan pernah lalai kan? J

Keep Allah in our heart!


Yogyakarta, January 22, 2013
Meina Fathimah

Monday, January 21, 2013

Antara Banjir dan Korupsi



Hot issue saat ini adalah banjir memalukan yang merendam sebagian besar wilayah ibukota suatu negara, yaitu Jakarta. Ibukota Negara Indonesia. Hm ibukota kan seharusnya jadi ikon positif suatu negara. Tapi kok.

            Nah, terkait dengan itu, pagi ini aku menemukan sesuatu yang menarik di Koran Republika edisi Senin, 21 Januari 2013. Pada kolom rehat ada tulisan begini :

“Pakar : Banjir lebih karena habit
Khususnya, habit korupsi, ya”

Kalo dipikir-pikir, emang bener sih. Habit korupsi emang membawa bencana. Bencana yang merembet dari satu masalah ke masalah yang lain-lain.

Gara-gara sibuk korupsi alias makan uang negara, para koruptor lupa dengan tugas mereka yang sebenarnya. Para pejabat sibuk nimbun kekayaan, para pengusaha sibuk nyuap sana sini. Rakyat? Sengsara dan terabaikan.

Gara-gara korupsi, pemerintah gak ada waktu buat mengedukasi masyarakat tentang bahaya membuang sampah di sungai. Masyarakat taunya sungai itu tempat buang sampah. Jadi, kalau sampai terjadi banjir itu salah pemerintah soalnya pemerintah nggak rajin membersihkan sungai yang dipenuhi sampah. Nah lho….

Gara-gara korupsi, masyarakat kehilangan haknya untuk menerima edukasi tentang upaya-upaya pencegahan banjir. Salah satunya tentang tata cara membuang sampah yang benar serta pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan tidak akan muncul kalau ilmunya saja mereka tidak punya. Iya nggak? Apalagi rakyat yang sudah terlanjur miskin gara-gara uang yang seharusnya menjadi hak mereka malah dikorupsi pemerintah, mana mau mereka sibuk-sibuk memikirkan urgensi menjaga lingkungan. Mikirin perut aja udah susah setengah mati. Masih ada uang buat makan hari ini nggak ya? Anak dan istriku mau dikasi makan apa? Mau tidur di mana malam ini?

Gara-gara korupsi, dana yang seharusnya buat pembangunan infrastruktur seperti drainase menjadi berkurang. Alhasil infrastruktur yang ada dibangun asal-asalan, dengan duit sisa yang nggak kena korupsi. Gimana kualitasnya mau bagus kalau duit yang available cuma segitu? Drainase buruk, banjir pun datang.

Gara-gara korupsi, pemerintah nggak sempet mikirin tata kota yang baik. Tata kota yang menyeimbangkan antara pembangunan dan nature. Manusia terlalu rakus sehingga mereka tak segan-segan merusak alam. Alam dirusak, alam pun murka. Bencana muncul dimana-mana, silih berganti. Manusia lupa bahwa mereka sesungguhnya punya tugas untuk menjaga alam keseimbangan alam. Ruang-ruang hijau yang memadai, drainase yang baik, kebersihan lingkungan yang terjaga yang tidak terkotori oleh sampah-sampah, dan lain-lain.

So, memang bener kan, ada korelasi antara banjir dengan korupsi. Beneran nggak bohong kalau yang namanya korupsi itu dosanya berlipat-lipat. Karena kerugian yang disebabkan oleh korupsi itu beranak pinak, mengakar kemana-mana. Kan cuma ke masalah banjir tapi juga masalah pendidikan, olahraga, infrastruktur, dan lain-lain.

Jadi, kapan masalah korupsi di negeriku ini akan berakhir? Pun kapan masalah banjir ini akan selesai? Hanya Allah yang tahu. Tugas kita hanyalah berdoa dan berusaha semampu kita untuk beramal sebaik yang kita bisa. I love Indonesia.


Yogyakarta, January 21, 2013
Meina Fathimah

Legal High



Drama serial Jepang yang sedang kutonton saat ini berjudul Legal High. Film itu bercerita tentang dunia pengacara, hukum, peradilan, dan lain-lain. Awalnya aku tertarik nonton karena penasaran dengan dunia pengacara. Aku yang lulusan Teknik ini buta soal dunia peradilan, makanya aku pengen tau, apa sih sebenarnya tugas dan wewenang seorang pengacara. Soalnya yang aku liat di berita koran maupun tivi, yang kutahu, tugas pengacara adalah membela klien mereka, nggak peduli dia orang baik, koruptor, pembunuh, dll. Tapi masa iya orang jahat dibela?

Tokoh utama dalam film itu adalah seorang pengacara wanita bernama Mayuzumi yang selalu berpegang teguh pada kebenaran. Ia awalnya bekerja sebagai seorang pengacara di biro pengacara yang cukup tenar. Namun karena ketidakcocokan ideologis, ia keluar dari biro tersebut. Atas rekomendasi seseorang, Mayuzumi  bergabung dengan sebuah biro kecil milik seorang pengacara bernama Komikado. Komikado ini terkenal sebagai seorang pengacara aneh, menyebalkan, dan mata duitan. Tapi ia punya kehebatan yaitu belum pernah sekalipun kalah di peradilan. Dan Mayuzumi pun akhirnya menjadi kolega sekaligus rival Komikado. Dengan bergabung di biro Komikado, Mayuzumi bertekad mengalahkan Komikado suatu saat nanti, selain berniat menemukan jawaban tentang apakah sebenarnya pengacara itu, apakah memperjuangkan keadilan ataukah memenangkan klien.

Kasus di episode satu adalah membela klien yang dituduh membunuh bosnya. False accusation. Kasus selesai, berakhir happy ending. Kasus kedua tentang lagu yang dicuri alias penjiplakan. Happy ending juga sih, meskipun nggantung, karena korbannya minta kasusnya ditarik. Damai. Tapi bikin geregetan yang nonton.

Nonton episode tiga, aku semakin geregetan. Tentang kasus seorang pria yang membawa kabur pengantin wanita. Yang menjadi pengacara dari si pelaku adalah Mayuzumi. Kalau di dua kasus sebelumnya Mayuzumi bekerja sama dengan Komikado, kali ini ia harus berjuang sendiri. Kasus ini sebenarnya hanya masalah kesalahpahaman. Dan setelah melalui proses peradilan akhirnya klien Mayuzumi dinyatakan bersalah. Padahal sebenarnya pembelaaan yang dilakukan Mayuzumi belum selesai. Tapi si klien minta dicukupkan saja, dan rela menerima hukuman.

Episode keempat bikin aku semakin bingung. Kasus kali ini melibatkan perusahaan yang akan membangun sebuah apartemen dengan warga sekitar. Warga tidak terima dengan pembagunan apartemen tersebut. Nah, duet Mayuzumi-Komikado menjadi pengacara dari perusahaan tersebut. Padahal hati Mayuzumi sebenarnya condong untuk membela para warga. Diam-diam dia melakukan semacam pengkhianatan yaitu membantu pihak lawan. Namun ulahnya ketahuan oleh Komikado.

Aku melakukan ini atas nama keadilan dan kebenaran, kurang lebih begitu kata Mayuzumi membela diri. Tapi yang bikin aku bingung, Komikado malah mempertanyakan balik apakah benar yang Mayuzumi lakukan itu demi keadilan. Menurutnya, perbuatan Mayuzumi tidak pantas dilakukan seorang pengacara. Huff, kasus kali ini cukup kompleks. Dan aku mulai bingung membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Rasa bingung dari kasus keempat kubawa sampai ke episode lima. Episode kali ini, Mayuzumi-Komikado menjadi pengacara dari seorang koruptor. Penjelasannya nggak usah kuceritain di sini ya. Soalnya aku bener-bener bingung. Makin nggak ketemu jawaban atas jawaban pertanyaanku : apakah sebenarnya tugas seorang pengacara? Membela keadilan atau memenangkan klien?

Masih tersisa enam episode yang belum kutonton. Nggak kuat, bisa-bisa malah makin bingung ntar. Meskipun mungkin kalau aku runut ceritanya sampai cerita terakhir di episode sebelas, pertanyaanku akan terjawab. Hm, mungkin ntar deh nontonnya dilanjut kapan-kapan, kalau aku udah siap.


Yogyakarta, January 21, 2013
Meina Fathimah

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh...

(Puji syukur kehadirat Allah yang masih memberikan nikmat iman dan Islam pada diri ini..)

Selamat datang di blogku yang mungkin hanya berisi secuil pemikiran dan ungkapan isi hati...

Sungguh, kebenaran datangnya hanya dari Allah. Adapun kesalahan datangnya murni dari diri ini. Untuk itu mohon masukan, kritik, dan sarannya serta mohon dimaafkan atas segala kesalahan. Terima kasih. Selamat menikmati. Semoga bermanfaat dan membawa berkah. Amin

(Mulakanlah dengan membaca Basmalah.... dan akhirilah dengan Hamdalah..)