Monday, July 14, 2008

Aku dan Sepakbola

Entah sejak kapan aku mulai bersinggungan dengan dunia sepak bola. Sebuah dunia yang membuatku merasa ‘hebat’ sekaligus ‘lemah’, ‘bahagia’ sekaligus ‘sedih’.

Kalau kuingat-ingat kembali, aku sudah menikmati permainan sepak bola semenjak kecil, semenjak SD lebih tepatnya. Awalnya sih hanya permainan yang kuikuti saat pelajaran olahraga. Namun entah mengapa, aku begitu tertarik dengan permainan itu. Permainan yang sangat menyenangkan, meskipun oleh teman-teman priaku aku ‘hanya’ ditempatkan di posisi bek. Posisi yang sangat tidak mengasyikkan kupikir. Sebab dengan posisi itu aku sama sekali tidak diberi kesempatan untuk menyerang ke kubu lawan. Menyebalkan!! Namun meskipun posisiku adalah bek, naluri menyerangku tetap saja meledak-ledak. Dan ketika bola menyentuh kakiku yang sudah gatal ingin mencetak gol, aku langsung memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya dan menendang bola keras-keras. Entah gol atau tidak, aku tidak peduli.

Permainan sepak bolaku tidak berhenti begitu saja. Ketika SMP pun, aku tetap meneruskan ‘hobi’ku ini. Namun aku sedikit kecewa karena pelajaran olahraga di sekolah bisa dibilang tidak pernah ada permainan sepak bola. Kenapa aku tidak bergabung saja dengan teman-teman priaku yang hampir selalu bermain sepak bola di sela-sela jam kosong? Oh..tentu saja tidak! Itu tidak mungkin. Nuraniku mengatakan tidak! Aku seorang wanita berjilbab dan aku punya rasa malu.

Karena aku tidak bisa menyalurkan kesenanganku itu di sekolah, maka di rumahlah pelampiasanku. Bermain bersama adik-adik dan sepupuku. Kadang bermain ‘semarangan’, kadang adu penalti. Sangat menyenangkan! Kadang sepulang sekolah, ketika mampir ke rumah nenekku, aku hampir selalu menyempatkan bermain sepak bola bersama mereka, dengan tetap mengenakan rok seragam sekolah. Tak ayal lagi, hampir semua rokku sobek pada belahannya, apalagi saat itu aku mulai mengambil ‘spesialisasi’ sebagai penjaga gawang. Tapi aku tak peduli pada rokku, toh bisa dijahit lagi, yang penting aku senang!! Begitu pikirku.

Hubunganku dengan kehidupan sepak bolaku kian erat pada masa SMP ini. Aku yang semula hanya suka bermain sepak bola, kini mulai tertarik untuk menonton pertandingan sepak bola di televisi. Hal itu terjadi, tak lain karena hadirnya sebuah pesta sepak bola akbar empat tahunan, Piala Dunia 2002. Saat itu aku menjagokan tim Panser Jerman yang keluar sebagai runner up Piala Dunia 2002, setelah dikalahkan oleh tim Samba Brazil. Tak hanya terpikat dengan permainan mereka, aku pun terpesona oleh aksi menawan salah satu bomber Jerman kelahiran Polandia, Miroslav Klose.

Menginjak masa SMA, kesempatanku bermain sepak bola bersama adik dan sepupuku mulai berkurang. Maklum, kegiatan di SMA ternyata cukup menyita waktu dan menguras energiku. Namun bukan berarti aku berhenti bermain sepak bola. Sepak bola tetap kujalani di sekolah, yaitu saat pelajaran olahraga.

Entah karena alasan apa saat SMA ini, aku beralih dari seorang penjaga gawang menjadi penyerang. Entah karena kemampuanku sebagai penjaga gawang mulai berkurang, ataupun karena minus mataku yang mulai bertambah. Apapun alasannya, aku sangat menikmati posisi baruku ini.

Di SMA, kehidupan sepak bolaku mulai memberikan harapan. Bermain sepak bola yang semula hanya sekedar ajang penyaluran hobi, kini mulai berkembang ke arah professional. Professional? Tidak juga. Namun setidaknya, aku dan dunia sepak bolaku sudah mulai merambah turnamen.

Ya, di masa SMA ini, aku bergabung bersama teman-temanku untuk mengikuti beberapa kompetisi sepak bola yang diadakan oleh suatu instansi. Kompetisi pertama yang kami ikuti adalah invitasi futsal putri antar SMA yang diadakan oleh UAJ, di mana kami berhasil meraih tempat ketiga dari 4 tim yang mengikuti kompetisi tersebut. Saat itu aku masih duduk di kelas X.

Dua tahun kemudian, UAJ kembali mengadakan invitasi futsal putri antar SMA. Namun kali ini kami hanya menempati posisi keempat dari empat tim yang bertanding. Kecewa? Yah, sedih sih.. tapi tidak mengapa. Toh kami menganggapnya hanya sekedar refreshing.

Menginjak dunia perkuliahan, aku yang semula mengira bahwa “karier” sepak bolaku akan berakhir, masih saja meneruskan aktivitas ini. Sungguh tak disangka, di kampus, banyak sekali kutemukan kesempatan. Sebut saja Teknisiade, Pormagama, dan BEM Athlon. Belum lagi kompetisi-kompetisi yang diadakan oleh jurusan-jurusan ataupun universitas. Oke, kalau begitu kuceritakan saja satu per satu.

Kompetisi pertama kali yang kuikuti di dunia kampus diadakan oleh pihak universitas, UKM Sepakbola Universitas. Saat itu, kami se-Teknik bergabung menjadi satu tim futsal putri Teknik untuk melangkahkan kaki ke gelanggang mahasiswa. Namun sayangnya, kami kandas di babak penyisihan.

Kesempatan kedua pun datang. Teknisiade, sebuah turnamen olah raga antar jurusan se-Fakultas Teknik yang diadakan oleh Departemen OASE BEM KMFT, mengundang kami untuk kembali bermain di pertandingan futsal putri. Kali ini aku bergabung bersama teman-teman Arsitektur angkatan 2007. Bermodalkan rasa percaya diri yang “tinggi” (karena kami sama sekali tidak latihan dan asal mencomot pemain), kami mencoba mengharumkan nama jurusan kami dengan berpartisipasi dalam turnamen ini.

Pada pertandingan pertama, kami cukup membuat kubu Arsitektur tersenyum. Namun pada akhirnya, kami harus menelan kekalahan di pertandingan kedua saat menghadapi Teknik Kimia. Kalah? Bukan masalah! Setidaknya kami kalah secara terhormat alias tidak WO.

Beberapa bulan kemudian, BEM KMFT kembali mengadakan kompetisi futsal putri. Kali ini, para “wonderwoman” dari tiap departemen di BEM, MPM, dan BSO se-Teknik, ditantang untuk unjuk kebolehan. Pada kesempatan kali ini, aku maju ke medan kompetisi membela departemenku di BEM, SOSMAS. Dan, hasilnya pun bisa ditebak. Aku dan timku dikalahkan oleh Departemen PO, sang penyelenggara, melalui adu penalty. Bahkan aku sang eksekutor pertama dari tim SOSMAS, gagal menjebol gawang lawan.

Bulan Mei 2008. Rupanya KMTE (Keluarga Mahasiswa Teknik Elektro) tidak mau kalah. Mereka pun tidak ketinggalan mengadakan kompetisi futsal putri se-universitas. Pesertanya adalah dari tiap jurusan di UGM. Kembali aku memenuhi panggilan manajer sekaligus pemain tim kami, bergabung bersama tim futsal putri Arsitektur.

Sekali lagi, hanya dengan bermodalkan semangat, kami yang lelah fisik dan pikiran karena menyambi menyelesaikan tugas-tugas kuliah, maju ke arena kompetisi tanpa latihan sama sekali.

Pertandingan pertama berjalan cukup mulus. Kami berhasil mengalahkan tim D3 Ekonomi. Menginjak pertandingan kedua, kami yang bermain takut-takut karena lawan kami adalah tim yang terkenal hebat (baca : Teknik Sipil), akhirnya pun berhasil mengalahkan tim lawan melalui adu penalty yang diakhiri dengan perundingan antar kapten kedua tim.

Berhasil mengalahkan tim Teknik Sipil, kami pun melangkah ke babak semifinal dan bertemu kembali dengan Teknik Kimia, tim yang telah mengkandaskan langkah kami di ajang Teknisiade beberapa bulan silam. Dan sekali lagi, sungguh tidak disangka, kami berhasil mengalahkan Teknik Kimia dan melenggang ke babak final. Namun pada akhirnya, perjalanan kami yang cukup mulus terhenti setelah tim Kehutanan mengkandaskan kami di final.

Ah, tak terasa sudah bertahun-tahun aku menjalani hidupku sebagai seorang pemain sepak bola (meskipun hanya sebagai pemain panggilan). Sebuah cita-cita yang pernah terbesit di benak. Ya, dulu aku pernah bercita-cita menjadi atlet futsal putri yang akan mengharumkan Negara Indonesia di kancah internasional. Tak hanya sekadar atlet futsal putri semata, tapi sebagai atlet futsal putri pertama yang mengenakan jilbab. Aku ingin membuktikan bahwa seorang muslimah, seorang wanita berjilbab, pun bisa menjadi seorang bintang di lapangan.

Ah, cita-cita yang sudah lama sekali. Namun rasanya, hal itu terlupakan begitu saja. Aku tak lagi mempunyai keinginan untuk mewujudkan anganku itu. Aku yang sudah menikmati kehidupan sepak bola selama bertahun-tahun ini rupanya sudah cukup puas. Bahkan aku sempat berpikiran untuk benar-benar mundur dari dunia sepak bola karena aku merasakan suatu kebosanan dan kehampaan.

Namun belum sempat aku mendapatkan kemantapan hati untuk meninggalkan sepak bola professional, kembali ada panggilan untuk bermain sepak bola. Kali ini adalah dalam rangka memeriahkan turnamen olah raga se-universitas, Pormagama. Selain karena kebimbangan yang masih menghantui diriku, permintaan dan paksaan dari teman-teman meluluhkan hatiku untuk menyanggupi bermain kembali. Aku, kembali ke lapangan untuk membela Fakultas Teknik tercinta.

Pormagama, Juni 2008. Turnamen futsal diadakan di lapangan Bardosono Godean. Bersama teman-teman Teknik dari berbagai jurusan, aku mengobarkan semangat dalam hati untuk memenangkan turnamen ini. Yah, meskipun kemenangan memang bukan segala-galanya…

Perjalanan tim futsal putri Teknik kali ini rupanya cukup berat. Kekalahan 2-0 dari tim Fakultas Kedokteran Gigi di pertandingan pertama cukup membuat kami shock. Namun kesedihan kami atas kekalahan di pertandingan perdana cukup terobati atas kegemilangan kami di partai kedua mengalahkan tim Sastra, 3-2.

Hari kedua di pertandingan ketiga, kami bertemu dengan Fakultas Kedokteran Umum, dan berhasil menekuk mereka 3-1. Satu gol berhasil kuciptakan dengan tanpa sengaja.

Dua kali kemenangan dan satu kali kekalahan tidak membuat kami cukup senang. Bagaimana tidak? Kemungkinan untuk kami lolos ke babak selanjutnya cukup kecil, mengingat lawan terakhir kami di babak penyisihan ini adalah tim Kehutanan. Ya, untuk lolos ke babak selanjutnya, kami harus bisa mengalahkan tim hebat Kehutanan.

Namun apa daya. Pada pertandingan penentuan ini, kami justru bermain kurang bagus. Atau lawan kami yang terlalu hebat? Yah, pada pertandingan ini, bahkan para pemain lawan berhasil mengunci pergerakan bomber kami sehingga tidak satupun gol tercipta dari kakinya. Sementara tim Kehutanan berhasil membobol gawang kami sebanyak tiga kali. Hingga pada akhirnya kami hanya mampu memperkecil kekalahan menjadi 3-1, dengan satu gol yang berhasil kuciptakan atas assist dari seorang rekanku. Dengan kekalahan itu, kami pun harus rela mengubur mimpi kami untuk meraih trofi juara.

Terlepas dari kekalahan kami di babak penyisihan turnamen Pormagama, aku yang semula ingin hengkang dari kancah sepak bola, kini menemukan kembali semangatku. Setidaknya untuk saat ini, aku masih ingin melnajutkan ‘karier’ku di dunia sepak bola. Bukan tanpa alasan! Yakinlah, aku tidak mau jika aku berada di dunia sepak bola hanya sekedar bersenang-senang. Sepulang dari Pormagama, aku menemukan kembali sebuah tujuan yang ingin kucapai dengan dunia itu, meskipun mungkin hanya dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama. Namun tak mengapa, pikirku. Dan Pormagama, rupanya memberikan cukup banyak hikmah yang bisa kupetik, sesuatu yang memang sedang kubutuhkan. Sungguh Allah Maha Mengetahui kebutuhan hamba-hambaNya.

Satu tahun sudah perjalanan ‘karier’ sepak bolaku di dunia kampus. Banyak sudah lika-liku yang telah kulalui. Ah, lalu bagaimanakah kisah kehidupan sepak bolaku di tahun mendatang? Di tahun ketika aku tak lagi menjadi ‘adik’ terkecil di kampus Teknik ini? Kita tunggu saja kelanjutannya! Harapku, semoga Allah selalu menjaga dan melindungiku, serta memelihara kesucian hati, pikiran, lisan, serta perbuatan diri yang hina ini. Amin.

Juni – Juli 2008
Masihkah aku akan di sini?

2 comments:

  1. Salam kenal...

    Ak nyasar k blog ini waktu Gugling ttg Pormagama. Ternyata ki ta pernah maen d kompetisi yang sama pada cabang yang sama beda jurusan... :p

    Ceritanya pun hampir sama...

    ReplyDelete
  2. @chiell : makasih udah mampir d blogku yang sederhana ini..wah iyakah?kompetisi yang sama,cabang sama,beda jurusan..berarti futsal pormagama kah?tapi kayaknya beda kategori deh..iya gak??hehe

    serius ceritanya hampir sama?seru donk??^^

    ReplyDelete

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh...

(Puji syukur kehadirat Allah yang masih memberikan nikmat iman dan Islam pada diri ini..)

Selamat datang di blogku yang mungkin hanya berisi secuil pemikiran dan ungkapan isi hati...

Sungguh, kebenaran datangnya hanya dari Allah. Adapun kesalahan datangnya murni dari diri ini. Untuk itu mohon masukan, kritik, dan sarannya serta mohon dimaafkan atas segala kesalahan. Terima kasih. Selamat menikmati. Semoga bermanfaat dan membawa berkah. Amin

(Mulakanlah dengan membaca Basmalah.... dan akhirilah dengan Hamdalah..)