Monday, February 18, 2013

Utang, Oh Utang…



“Ya Allah, jangan Engkau ambil nyawaku sebelum aku sempat melunasi utang-utangku.”

Kalau bisa dibilang, itu adalah satu di antara doa-doa yang cukup populer di pray list-ku belakangan ini.

Lebay banget sih doanya? Lebay gimana, yang namanya utang, selamanya tetap utang kali wajib dilunasi!

Kalau yang berutang udah keburu mati gimana donk? Ya tetep harus dilunasi! Biasanya sih, kalau ada orang yang mati meninggalkan utang, kerabatnyalah yang harus melunasi utang si mati. Tentunya pake harta si pengutang lah, bukan harta si kerabat. Tapi, kalau bisa melunasi utang saat kita masih hidup, kenapa harus nunggu mati?

Gimana mau bayar, wong nggak punya duit? Makanya kalau nggak yakin bisa ngelunasin, nggak usah ngutang segala. Utang kok hobi.

Enak banget sih situ ngomong begitu, mentang-mentang punya duit. Eh neng, aku kasih tau ya, sejak keluargaku masih merangkak-rangkak, mengais-ngais rezeki demi sesuap nasi, kami menghindari yang namanya utang. Bukannya sama sekali nggak pernah ngutang, kalaupun terpaksa banget baru deh ngutang, dengan syarat kami yakin bisa melunasinya dalam waktu dekat. Orang yang diutangin pun liat-liat, nggak sembarang orang, palingan pinjem sama kerabat terdekat aja. Inget, need versus want. Kadang yang membuat orang berutang adalah want. Di keluargaku, excuse untuk berutang baru bisa diberikan demi need, bukan want. Tahan nafsu! Kalau pingin sesuatu tapi belum mampu, ya jangan dipaksakan. Kalau emang bener-bener butuh, Allah akan kasih kok!* (* = syarat dan ketentuan berlaku)

Ya deh, ya deh. Oke balik ke yang tadi, kalau misalnya yang mati adalah orang yang kita utangi tanpa belum sempet kita lunasi gimana donk? Wah naudzubillah, ngeri banget, jangan sampe kejadian gitu bos. Kayaknya bakalan ditagih terus deh sampe mati, sampe kiamat. Ditagih di akhirat mau bayar pake apa? Berabe bos, makanya jangan suka ngutang deh. Kalaupun terpaksa ngutang ya buru-buru aja dah dilunasi. Tapi, lain cerita lho kalau ternyata sebelum berpindah ke alam lain, si orang yang diutangi sudah mengikhlaskan.

Oiya aku jadi inget kisah horor bin tragis tentang seorang pesepak bola asing yang bermain di salah satu klub di Indonesia, sebut saja namanya Sam. Di sini, ia terpaksa hidup susah dan pas-pasan gara-gara belum sepeser pun gajinya dibayar oleh klub. Suatu saat ia jatuh sakit, namun ia tak mampu untuk sekedar berobat karena tidak adanya uang, hingga akhirnya ia pun meninggal dunia disebabkan oleh sakitnya yang kian parah. Tapi tragisnya, saat sakitnya dan bahkan hingga ia menghembuskan napas terakhir, klub tidak juga melunasi utangnya. Kebangetan nggak tuh?

Ehm, utang itu apa sih sebenernya? Aku nggak akan jawab secara definitif karena ini bukan pelajaran bahasa Indonesia, bukan juga pelajaran agama yang menjelaskan tentang utang piutang. So, jawaban menurut pandanganku sendiri :

Utang adalah segala sesuatu yang kita pinjem, dipinjemin, atau dititipin sama orang lain, baik itu berupa uang, barang, maupun jasa.

---

Sejak dulu aku punya kebiasaan untuk membuat daftar utang-utangku. Buku pinjeman, ngutang uang pulsa, seragam dipinjemin, dititipin salam, dan lain-lain. Bahkan nggak jarang aku dititipin barang atau uang milik bersama, alias milik komunitas. Parah deh, saya bukan tempat penampungan hiks. Tapi nih, meskipun rajin me-list utang-utang, tetep aja aku khawatir kalau-kalau ada utang yang nggak kecatet dan terlupakan. Duh, jangan sampe deh. :-(

Masalah utang piutang ini belakangan cukup mengganggu pikiranku. Aku udah capek berutang. Kalau utang belum terbayar rasanya nggak tenang. Pengen tuh yang namanya cepet-cepet melunasi semua utang. Rasanya menderita tauk! Tapi ternyata, melunasi utang nggak semudah kelihatannya. Ya, iyalah siapa bilang gampang? Susahnya membayar utang ternyata nggak hanya terletak pada si pengutang. Fenomena yang kujumpai, terkadang orang yang diutangi malah tersangka yang mempersulit pelunasan utang. Kok bisa?

            Fakta 1 : Menunda-nunda pelunasan utang dengan mengatakan, Udah besok aja.

Memang sih, itu adalah ekspresi kebaikan dari orang yang diutangi yang mana ia memberikan kelonggaran untuk mengembalikan lain waktu. Tapi kalau boleh jujur itu tidak memecahkan masalah. Karena sebenernya itu malah semacam memperpanjang penderitaan menanggung beban. Kalau mau sekalian aja bilang, Udah, utangnya dianggap lunas aja. #eh

Fakta 2 : Membatalkan janji secara mendadak

Udah baik-baik janjian, tiba-tiba membatalkan secara mendadak. Duh please, pengertian dikit donk, yang namanya bikin janji itu nggak gampang, perlu nyesuaiin waktu lagi. Kalau nganggur dan gampang ditemui sih masih mending, lha kalau janjiannya sama orang yang super sibuk? Duh, bakal runyam nih masalah. Lebay dah.

Fakta 3 : Dikontak berkali-kali susahnya minta ampun

Udah dikontak lewat FB, Twitter, chatting, SMS, dan lain-lain, eh nggak ada satupun yang direspon. Kalaupun mbales via SMS, nggak cukup SMS sekali, butuh SMS tiga kali atau lebih baru dapet balesan. Apa jangan-jangan minta ditelpon kali ya? Hm, bisa jadi.

Memang sih, orang yang berutang bisa diibaratkan sebagai terdakwa. So, harus manut sama putusan pengadilan. Tapi biar gimanapun juga keputusan pengadilan harus tetep fair dan tidak zalim kan? Sama kasusnya dengan utang piutang. Dalam hal ini, orang yang diutangi tidak berhak menzalimi atau menginjak-injak si pengutang. Harus ada adab-adab yang dijunjung.

Jangan mempersulit orang yang mau melunasi utang!

Sesungguhnya nggak sedikit barangku yang dipinjem sama orang lain, bahkan kadang aku suka lupa siapa aja yang pinjem saking lamanya. Tapi aku nggak sampai hati menagih barang-barangku kembali sebelum aku sendiri berhasil melunasi utang-utangku. I believe that I had to pay my debt before asking my things back. Masa iya aku nyuruh orang bayar utang sementara aku sendiri belum bayar utang?

So, mari cepet-cepet melunasi utang sebelum semuanya terlambat!!



Yogyakarta, 16 Februari 2013
Meina Fathimah

No comments:

Post a Comment

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh...

(Puji syukur kehadirat Allah yang masih memberikan nikmat iman dan Islam pada diri ini..)

Selamat datang di blogku yang mungkin hanya berisi secuil pemikiran dan ungkapan isi hati...

Sungguh, kebenaran datangnya hanya dari Allah. Adapun kesalahan datangnya murni dari diri ini. Untuk itu mohon masukan, kritik, dan sarannya serta mohon dimaafkan atas segala kesalahan. Terima kasih. Selamat menikmati. Semoga bermanfaat dan membawa berkah. Amin

(Mulakanlah dengan membaca Basmalah.... dan akhirilah dengan Hamdalah..)