Monday, September 19, 2011

Satu Mimpi, Da’wahku Teaterku


Jum’at, 9 Juli 2011 di Balairung UGM sayap utara kali pertamanya aku dipertemukan dengan forum teater pena, sebuah forum teater kepunyaan Forum Lingkar Pena (FLP). Alhamdulillah.. one step accomplished!

Bermain peran alias akting sejak dahulu selalu mendapatkan tempat di hatiku. Entah karena alasan apa awalnya, sejak kecil aku selalu antusias akan hal itu. That’s my passion since I was a child! Namun agaknya peluang bagiku menyalurkan keinginan dan kesukaan itu sangatlah kecil.. rasa-rasanya tak akan ada kesempatan untukku mewujudkan mimpi itu. Mungkin orang akan bertanya, apa alasanku mengatakan “tidak mungkin”? Baiklah, akan kujelaskan.

Dunia teater, bagaikan dunia hitam bagiku. Kelam dan sangat menakutkan. Klub-klub teater yang kutahu, tak jauh dari unsur mistis, mengedepankan kebebasan (yang menurutku tak bertanggung jawab dan tak beralasan), serta akrab dengan perilaku amoral. Bukan bermaksud menyinggung pihak manapun, namun memang itulah adanya dan kenyataannya. Dan ketakutanku rupanya jauh lebih besar dibandingkan dengan passionku, alhasil selama bertahun-tahun keinginan itu hanyalah menjadi keinginan yang terpendam entah sampai kapan. Untungnya keinginanku untuk bermain peran masih bisa sedikit tersalurkan pada pelajaran di sekolah, yaitu ketika ada tugas untuk bermain drama.

Sedikit bercerita, ketika masih menjadi murid taman kanak-kanak, aku pernah dipilih oleh guruku untuk bermain dalam sebuah drama musikal bersama anak-anak yang lebih besar. Kami tampil untuk sebuah festival yang diselenggarakan oleh SD yang satu yayasan dengan TK-ku. Ibu mengatakan padaku bahwa guruku “merengek” agar ibu mengizinkan aku untuk bermain dalam festival itu karena aku sangat berbakat.. (benarkah?)

Menginjak bangku sekolah dasar, kesempatanku bemain drama bisa dibilang semakin jarang. Begitu lekat dalam ingatan, ketika aku sangat dikecewakan oleh guruku. Saat itu pelajaran sejarah kerajaan-kerajaan Indonesia. Guruku menyuruh murid-murid untuk mempraktikkan teks yang telah kami baca mengenai sejarah Kerajaan Singosari. Kami pun dibagi-bagi peran, dan aku mendapatkan peran sebagai Raja Kertanegara. Waww..aku menjadi raja, pikirku! Perasaanku ketika itu begitu senang tak tergambarkan. Namun di puncak perasaanku yang membuncah, tepat sesaat drama akan dimainkan, bel pergantian pelajaran berbunyi. Heii, ini bercanda kan? Dan seketika itu senyumku memudar, perasaan yang semula berbunga-bunga langsung jatuh hingga ke dasar jurang kekecewaan.

Pelajaran bahasa Indonesia menjadi pelajaran yang paling kutunggu-tunggu selama menjadi anak sekolah. Pelajaran bahasa Indonesia kelas 2 SMP kali itu memberikanku kesempatan untuk menyalurkan passionku. Yap, bermain drama untuk tugas bahasa Indonesia. Berperan sebagai ibu Malin Kundang, aku merasa puas karena bisa berakting dengan cukup total. Jujur, aku paling tidak suka berakting asal-asalan, tanpa penjiwaan sama sekali. Maka, ketika harus memerankan ibu Malin Kundang yang digambarkan “teraniaya”, aku pun melakukannya dengan sepenuh hati.

Kehidupan SMA dan kuliahku agaknya berjalan biasa saja, tanpa ada memori manis “bermain drama” seperti yang selalu kuimpikan. Sebenarnya, baik di SMA maupun universitasku memiliki klub teater yang tentunya berlabelkan “umum”. Namun seperti yang sudah aku ceritakan di awal tulisan ini, ketakutanku akan aura-aura negatif dunia teater jauh lebih besar dibandingkan dengan besarnya passion yang kumiliki. Klub teater yang notabene dipenuhi dengan orang-orang heterogen sungguh menjadi momok yang menciutkan nyali.

Tahun-tahun berlalu. Aku sudah hampir mengubur mati keinginanku untuk bermain peran. Hingga, subhanallah, Allah menunjukkanku sebuah titik harapan. Teater Pena.

Dengan dinyatakannya aku lolos seleksi menjadi anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Yogyakarta pada tanggal 28 Juni 2011, maka terbuka pula kesempatanku untuk bergabung dengan forum teater milik FLP, Teater Pena. Subhanallah, sungguh kuasa dan kasih sayang Allah tak terperikan. Allah bisa berkehendak apa saja, kapan pun dan bagaimana pun jalannya. Teater Pena –insya Allah- menjadi solusi yang indah atas ketakutanku selama ini. Berbeda dengan klub teater yang berlabelkan “umum”, Teater Pena ini bernapaskan Islam. Dengan berlandaskan nilai-nilai Islam dan berjuang untuk da’wah, insya Allah ini adalah pilihan yang tepat untuk berada di sini. Di tempat yang aku yakin jauh dari perilaku amoral dan unsur-unsur mistis atau syirik. Dan inilah aku, di sini berawal dari Teater Pena, aku akan mewujudkan mimpiku untuk terjun di dunia akting sebagai bagian dari usahaku berda’wah di jalan Allah. Semoga Allah memberkahi langkahku ini. Allahumma aamiin..

Juli, 2011

Meyna Fathimah

meidwinna.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh...

(Puji syukur kehadirat Allah yang masih memberikan nikmat iman dan Islam pada diri ini..)

Selamat datang di blogku yang mungkin hanya berisi secuil pemikiran dan ungkapan isi hati...

Sungguh, kebenaran datangnya hanya dari Allah. Adapun kesalahan datangnya murni dari diri ini. Untuk itu mohon masukan, kritik, dan sarannya serta mohon dimaafkan atas segala kesalahan. Terima kasih. Selamat menikmati. Semoga bermanfaat dan membawa berkah. Amin

(Mulakanlah dengan membaca Basmalah.... dan akhirilah dengan Hamdalah..)