Thursday, February 7, 2013

Diary… oh, diary…



Padahal baru bulan lalu aku semangat lagi buat ngeblog. Bikin tulisan, trus diposting di blog. Sekarang udah masuk bulan Februari, atau seminggu setelah tulisan terakhir kuposting di blog, tapi belum ada lagi satupun tulisan yang berhasil kubuat. Kenapa? Kalo dulu sih alasanku “absen” ngeblog adalah emang lagi mandek nulis, mengesampingkannya untuk hal lain yang kuanggap lebih urgen. Nah tapi kalo sekarang lain alasan. Jadi sebenernya, aku lagi dapet feeling untuk kembali nulis buku harian atau kata orang Jawa bilang diary. Waw, ada apa nih? Lagi jatuh cinta sama seseorang? Haha, enggak juga, lagi jatuh cinta sama nulis diary, itu baru bener! Nah efek samping dari keasyikan menuhin diary, aku jadi males mau nulis buat blog gitu….

Well, back then I was a little girl who liked writing diary so much. I loved writing my daily activities and even my feelings as an elementary school girl. I felt it so exciting and interesting! Beneran deh, diary SD-ku manteb banget (baca : banyak)  sampe habis beberapa buku gitu. Isinya tentang apa ya? Macem-macem! Hm, tapi kalo aku nggak salah inget, menurut dugaanku, ya kebanyakan sih isinya tentang cinta-cintaan… -__-  hedeh, so embarrassing… eh tapi nggak juga dink, paling yang tentang cinta monyet cuma sebagian kecil, beneran! *alasan*

Menginjak kenaikan dari kelas 6 SD ke 1 SMP, aku pindahan rumah. Nah, ceritanya nih, buku-buku diary yang selama ini kutulis, ketinggalan di rumah lama alias rumah nenekku. Buku-buku itu kusimpan rapi di lemari meja belajarku yang lama. Tapi ternyata, pas kucek balik, meja belajar itu udah dihibahkan ke entah siapa aku nggak tau. Pokoknya dah raib deh. Hm, yo wis lah nggak papa kupikir. Toh, it’s not a big deal. Kalopun kebaca orang paling malu dikit, lagian orang yang baca juga belum tentu tau siapa yang nulis kan? Selain itu, diary punya bocah ingusan gitu loh, siapa yang mau protes sih? Malahan nih, kalo aku beruntung, bisa-bisa buku diary-ku itu malah laku diloakin, trus dibeli orang. Dibaca-baca, lalu berpindah dari satu orang ke orang yang lain. Akhirnya buku “An elementary school girl’s diary” by unknown jadi terkenal. Keren nggak tuh? Haha, imajinasi yang liar, kayak yang sering ada di pilem-pilem tuh…. :-P

Tahun pun berlalu. Perlahan aku mulai berubah dari bocah menjadi seorang gadis. Masa-masa SMP tentunya kulengkapi pula dengan aktivitas menulis diary, tapi sayangya nggak sedahsyat dan selengkap diary SD-ku. Apalagi setelah aku menginjak bangku SMA, wuih, mengalami kemunduran! Menulis diary hanya kalo sedang mood aja atau sedang ada cerita yang amazing. Amazing? Nggak juga sih, lebay deh.

Dan… diary SMP dan SMA-ku nampaknya berakhir mengenaskan pula. Kalo dulu “terbuang”, maka kali ini adalah sengaja kubakar. Kenapa? Ada beberapa alasan, yang pertama, isinya kurasa nggak penting bin ecek-ecek bin memalukan. Kedua, aku merasa nggak ada gunanya menyimpan diary, Cuma menuh-menuhin lemari. So, diary lama ya dimusnahkan saja. Tapi kalo cuma dibuang, ntar berabe kalo ada orang yang baca. Ini diary anak ABG men, bukan lagi diary bocah ingusan! Makanya, dibakar adalah pilihan yang kurasa tepat.

Lalu bagaimana diary-ku sebagai anak kuliahan? Entah, aku malah lupa, apa aku punya diary semasa kuliah atau nggak. Karena wujudnya sama sekali nggak berbekas di lemariku. Aku bener-bener lupa, whether those diaries had been destroyed or else it had never been any before. Bener nggak kalimat bahasa Inggrisku? Maksudnya, aku lupa apakah diary udah kulenyapkan ataukah memang sama sekali nggak pernah ada. Oh ya, ada kemungkinan satu lagi dink. Bisa jadi, diary itu pernah ada dan memang masih ada sampe sekarang, hanya saja terselip entah kemana. Namun menurut analisisku, kemungkinannya cukup kecil. Kebenarannya kurang bisa dibuktikan, alibinya lemah. Haha, malah kayak detektif dah! Tapi yang jelas, semenjak kuliah, aku mulai tertarik menuliskan “perasaan”ku dengan media komputer dan mempostingnya di blogku yang masih baru kala itu. So, mungkin diary kuliahku adalah komputer atau laptop.

Cukup deh kata pengantarnya. Maap sodara-sodara, sepanjang itu tadi baru pengantar doank. Nah, sekarang baru deh kita masuk ke inti alias bagian pembahasannya. Dalam tulisan kali ini, aku bukan bermaksud untuk cerita tentang sejarah penulisan diary-ku. Tapi, aku ingin berbagi tentang pemikiran baruku terhadap sesuatu yang sebelumnya kuanggap sepele bernama “diary” atau buku harian. Berikut ini sedikit pendapatku tentang diary yang ternyata punya banyak manfaat.

1.      Kalo memoriku tidak berbohong, aku sempet vakum menulis diary selama bertahun-tahun saat kuliah. Namun suatu hari, sesuatu menggugah hati kecilku untuk kembali menulis diary. Apa sebab? Hm, ada yang tau film “1 Little of Tears” (1LoT)? Itu lho, film J-drama yang diangkat dari kisah nyata yang nggak pandang bulu memeras habis air mata penontonnya, bahkan temen-temen cowokku sekalipun tak luput menjadi korban nangis bombaynya film tersebut. Di film itu diceritakan bahwa si tokoh mulai menulis diary semenjak divonis menderita sebuah penyakit yang akan memperpendek usianya (nggak memperpendek usia juga dink, kan umur manusia udah ditentukan sama Allah). Dalam diary-nya itu, dia menumpahkan segenap perasaannya, kemarahannya, ketakutannya, penerimaannya, dan lain-lain. Dari diary itulah film ini diangkat.

Aku jadi berpikir. Andai aku, kamu, atau siapapun mempunyai suatu fase dalam hidup yang “inspiratif” lalu dituliskan dalam diary, bisa jadi suatu saat nanti tulisan itu akan menjadi sebuah cerita yang nggak hanya disimpan sebagai koleksi pribadi, tapi juga bisa disebarluaskan untuk menginspirasi banyak orang. Medianya bisa berbentuk cerita lisan, novel, atau bahkan diangkat menjadi sebuah film seperti 1LoT. (Oh ya, buat yang nggak tau itu film apa, silakan cari tau sendiri aja ya…. )

2.      Diary bisa menjadi alibi. Alibi? Aduh, kebanyakan nonton film detektif sih. Meskipun kasus ini mungkin cukup jarang, tapi bisa aja lho terjadi. Dalam sebuah film yang pernah kutonton, sebuah diary bisa menguatkan alibi atau sebaliknya mematahkan alibi kita maupun orang lain. Ngerti maksudku kan? Sebagai barang bukti untuk mencocokkan kebenaran suatu statement gitu. Kukasih contoh deh.

“Terjadi perampokan pada tanggal tiga bulan empat siang di sebuah toko emas di Palembang. A dituduh sebagai tersangka. Namun, catatan dalam diary dari milik si B bisa menghapuskan tuduhan tersebut. B adalah teman A saat berkuliah di Surabaya dulu. Dalam diarynya, B menuliskan bahwa pada siang hari tanggal tiga bulan empat dia tidak sengaja bertemu dengan A di sebuah rumah makan di Surabaya. Jadi, si A punya alibi bahwa dia tidak mungkin melakukan aksi kejahatan tersebut.”

3.      Menulis diary bisa meredam emosi. Kalau kita sedang marah, sedih, ataupun apapun, coba deh tuliskan saja dalam buku harian. Hal itu bisa sedikit banyak membantu mengendalikan emosi dan berdamai dengan diri, serta membantu kita untuk menerapkan sikap sabar… J

4.      Menulis diary sebagai ajang self-reflection atau dialog dengan hati. Orang yang terbiasa berdialog dengan hatinya, ia akan berpikir dulu dengan hati-hati sebelum bertindak. Ciri-ciri orang yang bijak, tenang, dan tidak gegabah. Selain itu, self-reflection juga berarti muhasabah. Yaitu mereview kembali semua perbuatan dan kejadian yang kita alami sehari itu. Atas semua nikmat-Nya sehari itu, bersyukurlah! Sebaliknya jika ada keburukan-keburukan atau musibah yang terjadi maka perbanyaklah istighfar.

5.      Sebagai buku pegangan atau referensi dalam bertindak. Apabila nanti di masa depan kita dihadapkan pada suatu peristiwa dimana kita perlu mengambil tindakan, sementara peristiwa semacam itu pernah terjadi sebelumnya (entah itu terjadi pada kita ataupun orang lain), kita tinggal membuka diary sebagai referensi. Kalo hanya mengandalkan ingatan, belum tentu berhasil, ingatan manusia kan terbatas, so tuliskan!

6.      As reminder. Contoh kasus, kemarin Senin aku habis konsultasi dengan dosen. Lalu kami janjian lagi ketemuan besok Sabtu. Unfortunately, aku lupa besok Sabtu ketemuannya jam berapa. Tapi untungnya agenda kemarin Senin kucatatkan rapi di dalam diary, termasuk perencanaan appointment buat besok Sabtu. Problem is solved!

7.      Sebagai media nostalgia. Mengenang masa lalu adalah sesuatu yang romantis dan menyenangkan. Ia bisa menjadi hiburan tersendiri bagi kita. Akan ada saat-saat dimana kita menertawakan kemarahan, kesedihan, kebahagiaan yang kita tuliskan di dalam diary. Plus, ini bisa jadi bahan cerita ke anak cucu nantinya.

8.      Secara tidak langsung dapat mengasah kemampuan menulis. Awalnya aku “bisa nulis” bukan karena ikut pelatihan de-el-el, tapi karena aku berusaha mengasah dan mengolah rasa meski hanya menuliskan kisah yang sepele dalam buku harianku.

9.      Mengasah dan mengolah rasa. Meningkatkan kepekaan dan kelembutan hati. Hm, dengan kata lain, menumbuhkan sisi melankolis manusia. Melankolis a.k.a mellow itu bukan sesuatu yang buruk lho, asal ditempatkan dalam waktu dan situasi yang tepat aja!

Nah jadi pada tau kan manfaat nulis diary. Eh, udahan segitu doank manfaatnya? Nggak juga sih, terlalu banyak kalo mau ditulis semuanya. So, silakan ditambahin sendiri-sendiri aja ya, hehe….

---

Well, aku agak nyesel karena telah melenyapkan sebagian besar buku diary-ku. Tapi ya sudahlah, nasi telah menjadi bubur dan kertas telah menjadi abu. Yang penting sekarang adalah ke depannya. Harus rajin-rajin nulis diary nih! Yang namanya diary itu, nggak harus cuma berisi segala hal-hal yang penting aja kok. Kalopun itu cuma cerita ecek-ecek atau cuma secuil perasaan, tuliskan saja! Nggak ada salahnya. Biar sekecil apapun suatu peristiwa, bisa jadi itu bermanfaat di kemudian hari lho!

Oke deh, kucukupkan dulu aja deh tulisan kali ini. Semoga bermanfaat, dan…
Selamat menulis diary-mu! J



Yogyakarta, February 7, 2013 11:33
Meina Fathimah

4 comments:

  1. go green less paper mbak... nulis diary nya di blog atau di kompi ajah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sih, tp kebanyakan di depan kompi l=merusak mata.. lagipula, menulis dengan tangan(bukan ngetik) setauku lebih baik cz lebih merangsang kerja otak.. :D

      Delete
  2. dwinna dr SD udah cinta2an ya :v

    ReplyDelete

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh...

(Puji syukur kehadirat Allah yang masih memberikan nikmat iman dan Islam pada diri ini..)

Selamat datang di blogku yang mungkin hanya berisi secuil pemikiran dan ungkapan isi hati...

Sungguh, kebenaran datangnya hanya dari Allah. Adapun kesalahan datangnya murni dari diri ini. Untuk itu mohon masukan, kritik, dan sarannya serta mohon dimaafkan atas segala kesalahan. Terima kasih. Selamat menikmati. Semoga bermanfaat dan membawa berkah. Amin

(Mulakanlah dengan membaca Basmalah.... dan akhirilah dengan Hamdalah..)