Thursday, June 12, 2008

Alam Sebagai Ayat

Suatu malam Rasulullah saw. Meminta izin kepada istrinya, Aisyah r.a., untuk shalat malam. Dalam shalatnya, beliau menangis. Air matanya menagalir deras. Beliau terus beribadah hingga sahabat Bilal mengumandangkan adzan Subuh. Beliau masih menangis saat Bilal datang menemuinya. “Mengapa Tuan menangis?” tanya Bilal. “Bukankah Allah telah mengampuni dosa-dosa Tuan baik yang lalu maupun yang akan datang?”

Nabi menjawab, “Bagaimana aku tidak menangis, telah diturunkan kepadaku malam tadi ayat ini, ‘Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang ada tanda-tanda bagi orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri atau duduk atau berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi seraya berkata: Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka’.” (QS. Ali ‘Imran: 190-191)

Alam semesta, menunjuk kepada dua ayat di atas, adalah ayat, yaitu tanda atau rambu bagi sujud dan kuasa Allah. Sebagai ayat, alam semsta ini harus dibaca dan dipelajari hingga menimbulkan iman dan kekaguman (khasy-yah) yang makin besar kepada al Khaliq. Nabi pernah memberikan arahan agar manusia tidak memikirkan Dzat Allah, tetapi cukup merenungkan alam ciptaanNya. Kata beliau, “Pikirkanlah ciptaan Allah dan jangan memikirkan Dzat Allah.”

Jadi, ayat-ayat Allah itu ada dua macam. Pertama ayat-ayat berupa Kitab Suci (qauliyah). Kedua, ayat-ayat berupa alam semesta sebagai ciptaan Allah (kauniyah). Menurut filsuf Muslim, Ibn Rusyd, alam semesta justru merupakan ayat-ayat Allah yang pertama. Dikatakan demikian, karena sebelum Allah swt. menurunkan Kitab Zabur, Taurat, Injil, dan Al Qur’an, Allah telah menciptakan alam jagat raya ini. karena alam adalah ayat, maka sebagaimana sepotong firman adalah ayat, maka sejengkal alam juga ayat.

Sebagai ayat, alam ini selalu bergerak memenuhi tujuan penciptaan. Karena itu, penelitian terhadap alam diduga kuat dapat mengantar manusia menemukan dan meyakini wujud Allah dan kuasaNya. Sebagai ayat, alam ini juga mengandung hukum-hukum Allah yang dalam terminology Al Qur’an dinamakan takdir dan sunnatullah.

Takdir merupakan hukum-hukum Allah yang diberlakukan pada alam fisik (makrokosmos), sedangkan sunnatullah merupakan hukum-hukum Allah untuk alam social (mikrokosmos). Sebagai hukum-hukum Allah, keduanya, takdir dan sunnatullah, mengandung kepastian dan determinasi. Manusia, karenanya, tidak mungkin dan tidak dapat melawannya.

Manusia, tidak bisa tidak, harus meneliti dan mempelajari alam dan fenomena alam agar mengenali hukum-hukum Allah yang terkandung di dalamnya. Pengenalan terhadap hukum-hukum Allah itu, dengan sendirinya akan mendatangkan kemudahan dan kemaslahatan bagi ekhidupan manusia di muka bumi. Alam semesta dengan begitu benar-benar menjadi rahmat dan nikmat, bukan menjadi laknat dan petaka bagi umat manusia.


Special for PROGRESIF
Padz Magazine issue#10 2005

Sumber: REPUBLIKA

No comments:

Post a Comment

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh...

(Puji syukur kehadirat Allah yang masih memberikan nikmat iman dan Islam pada diri ini..)

Selamat datang di blogku yang mungkin hanya berisi secuil pemikiran dan ungkapan isi hati...

Sungguh, kebenaran datangnya hanya dari Allah. Adapun kesalahan datangnya murni dari diri ini. Untuk itu mohon masukan, kritik, dan sarannya serta mohon dimaafkan atas segala kesalahan. Terima kasih. Selamat menikmati. Semoga bermanfaat dan membawa berkah. Amin

(Mulakanlah dengan membaca Basmalah.... dan akhirilah dengan Hamdalah..)